KUPANG, KAMIS -- Jumlah penderita kusta (Lepra) di Nusa Tenggara Timur (NTT) rata-rata 300 orang setiap tahun. Jumlah ini termasuk tinggi. Karena itu, NTT masuk 10 besar penderita kusta terbanyak di Indonesia bersama Jawa Timur, Jawa Barat, Maluku, Papua dan Sulawesi Selatan.
Menurut data tahun 2007, penderita baru lepra di NTT sebanyak 110 orang. Sebanyak 32 orang penderita lepra tipe PB (Pausibasiler/ tipe kering), enam orang anak kecil, selebihnya penderita lepra tipe MB (multibasiler/ tipe basah).
Hal ini dikemukakan Direktur Eksekutif Yayasan Transformasi Lepra Indonesia (YTLI), Ir. Nuah P. Tarigan, MA, di Redaksi Harian Pos Kupang, Kamis (25/9/2008) petang. Dia meminta kesadaran berbagai pihak di NTT untuk bersama-sama menanggulangi penyakit ini.
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri yang disebut Microbacterium Leprae. Kusta dapat disembuhkan dengan obat yang disebut MDT (Multi Drug Therapy). Untuk tipe PB perlu waktu enam bulan, sedangkan tipe MB satu tahun. Penderita kusta yang diobati dini sebelum timbulnya cacat akan sembuh sempurna.
Tarigan ke Pos Kupang bersama Drs. A. Bambang Trisno Sejati (Bendahara YTLI), Yahya Dikan, dan staf YTLI di Kupang, Kalep Manikari.
"Kami harus jalan bersama media untuk membangun persepsi yang benar tentang kusta. Karena masih ada stigma yang melekat pada masyarakat bahwa kusta itu kutukan," kata Bambang Trisno.
Sebelum ke Pos Kupang, mereka mengunjungi sejumlah kelompok binaan YTLI di Baumata Utara, Kabupaten Kupang.
Selain di Kabupaten Kupang, kelompok binaan YTLI di NTT terdapat di Kota Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Belu dan Flores Timur (Adonara).
YTLI berdiri bulan Juli 2007, dengan kantor pusat di Jl Pulo Sirih Boulevard FE-348 A, Taman Galaksi, Bekasi, Jawa Barat. Selain di NTT, YTLI bekerja di Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Berkaitan dengan kusta, YTLI melakukan advokasi, pemograman berbasis masyarakat, pemograman kesehatan masyarakat, pemrograman ekonomi masyarakat dan hak asasi manusia (HAM).
"Tugas kita di NTT, meningkatkan awareness (kesadaran) dan pemberdayaan terhadap penderita kusta setelah sembuh. Bagaimana supaya penderita bisa sembuh, butuh strategi holistik, bukan penanganan case by case. Juga bagaimana supaya para penderita kusta punya organisasi di mana mereka bisa mengadvokasi diri sendiri," jelas Tarigan. (ati)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.