Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesurupan, Pesan dari Dunia Niskala

Kompas.com - 17/04/2008, 19:07 WIB

Para dokter mengakui bahwa dalam beberapa kejadian, individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian atau kekuatan lain.  Perhatian dan kewaspadaannya menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau dua aspek yang ada di lingkungannya. Seringkali gerakan, posisi tubuh, dan ucapannya terbatas dan diulang-ulang.  

Frustrasi atau Stres
Dalam keadaan kesurupan, menurut Prof. Suryani, orang tetap sadar dan tahu apa yang terjadi, meski pemikirannya sendiri tidak aktif. Ia hanyalah pengamat saja karena yang mengendalikan dirinya saat itu adalah energi-energi yang menguasainya; entah spiritnya sendiri atau spirit di luar dirinya.

Keadaan ini dimulai dengan situasi hening pada diri orang yang kesurupan, lalu ada perubahan pada dirinya, seperti badan ringan, mengecil atau membesar melebihi ´gedung´ yang ditempatinya. Ia masih menyadari keadaan sekitarnya, tetapi tidak menjadi perhatiannya. Perhatiannya menyempit.  

Setelah itu ia merasa seperti ada kekuatan yang memasuki dirinya, sehingga ia merasa tidak seperti biasanya. Apa yang dilakukannya saat itu seperti otomatis, sistematis, dan begitu mudah. Kepercayaan dirinya tinggi dan ia menunjukkan kharisma dirinya. Bila bicara, ucapannya mengalir, sistematis, mudah dimengerti, dan membuat orang lain terpusat untuk mendengarkannya. Lain halnya pada mereka yang dikendalikan roh-roh lain atau oleh dirinya sendiri akibat mengalami konflik atau frustrasi, stres, atau keadaan lain, menunjukkan gejala yang sama pada awalnya.

Gejalanya badan ringan, muka datar, bibir pucat, sering menutup mata dengan kelopak mata berkedip-kedip secara otomatis, atau perubahan perasaan lain mengenai badan. Sepertinya badan mengecil atau menjadi lebih besar dari ´ruangan´ yang ditempati.

Setelah itu ia merasa dikendalikan oleh tenaga lain.  Pada saat itu, terjadilah perubahan pada dirinya, seperti badan ringan, ekspresi muka datar, merasa seperti ada kekuatan yang memasuki dirinya, sehingga ia seolah-olah menjadi bukan dirinya lagi. Setelah itu seseorang bisa menangis, menjerit-jerit, marah, menari, dan lainnya. ¨Hal ini tidak bisa dicegah,¨ ujar guru spiritual yang bermukim di Bali ini.

Tak pandang bulu
Ditegaskan oleh Prof. Suryani, semua orang tanpa memandang umur, suku, agama atau kepercayaan bisa mengalami kesurupan. Jadi, kesurupan tidak pandang bulu.  Memang dalam hal ini anak-anak cukup rentan mengalami kesurupan karena mereka tidak mempunyai masalah kompleks seperti orang dewasa, sehingga mudah berkonsentrasi dan berada dalam keadaan hening atau trance. Di samping itu, menurut kepercayaan tertentu, anak-anak masih suci, lebih suci dari orang dewasa, sehingga anak merupakan pilihan Tuhan. Dari sudut psikiatri, kemampuan logika anak sedang berkembang dan mencari bentuk.

Dengan demikian, kalau mereka mempunyai masalah, apakah dari dirinya yang sedang berkembang ataupun yang datang dari luar dirinya, belum mampu menyimaknya lebih dalam. Akibatnya, mereka memilih menggunakan mekanisme pertahanan disosiasi.  

Bila Terjadi Kesurupan 
Dalam berbagai kasus kesurupan massal yang sering terjadi akhir-akhir ini, kita tahu bahwa tidak semua orang yang kesurupan itu mengalaminya secara bersamaan. Mula-mula satu atau dua orang.

Lalu ketika ada teman yang membantu, temannya ini kesurupan. Jadi, kesurupan massal ini berlangsung merembet atau menular, meski tidak semua yang mendekat bakal kesurupan. Bila terjadi kesurupan massal seperti ini, Prof. Dr. Luh Ketut Suryani, Sp.KJ, psikiater dari Universitas Udayana, Bali, menyarankan:
 A.    Nyatakan daerah tersebut sebagai daerah tertutup.
 B.    Anak-anak atau orang-orang yang ada di sekitarnya diberi pemantapan mental. Mereka perlu diberi kesadaran bahwa Tuhan selalu melindungi dan selalu dekat dengan kita.
 C.    Lakukan upacara agama yang dipimpin oleh pemimpin agama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com