Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelukis Difabel Singapura Demo Melukis di Malang

Kompas.com - 04/02/2013, 17:50 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Pelukis difabel asal Singapura tampil dalam demo melukis di di Museum Brawijaya Malang, Jawa Timur, Senin (4/2/2012). Dalam karya lukis yang ditorehkannya dengan menggunakan mulut, sang pelukis menyampaikan pesan kepedulian terhadap lingkungan hijau.

Ia adalah Benjamin Tan Boon Chauan (53) dari Singapura. Selain Benjamin, ikut juga dalam demo lukis tersebut puluhan perupa asal Malang salah satunya Sodikin, Ketua Assosiation of Mouth and Foot Painting Artists Malang, Sunaryo dari Malang dan Yus Yasman.

Saat demo melukis berlangsung, puluhan pecinta lukisan dari berbagai daerah di Jawa Timur ikut serta menyaksikannya. Acara tersebut dimotori oleh Komunitas pelukis asal Malang, yakni Komunitas Suko Malang.

Penampilan Benjamin yang melukis menggunakan mulutnya menjadi perhatian pengunjung Museum Brawijaya. Dengan serius Bunjamin melukis pohon hijau sebagai simbol masyarakat harus lebih peduli lingkungannya. "Lukisan pohon ini, pesan yang akan saya sampaikan, agar masyarakat, khususnya rakyat Indonesia, terus peduli terhadap lingkungannya. Jangan merusak lingkungan. Harus merawat pepohonan sebagai langkah penghijauan," kata Benjamin.

Menurut Sudibyo Adi Wahyono, Ketua Komunitas Perupa Malang Suko, demo melukis digelar bertujuan untuk membangun kreativitas para pelaku seni rupa yang ada di Malang. "Kedepannya, kita akan membangun pasar seni di Malang. Jakarta sudah punya Pasar seni, Bali juga demikian. Malang juga harus punya pasar seni. Karena, Malang cukup banyak memiliki seniman lukis," kata Sudibyo.

Dalam demo melukis itu, salah satu peserta juga menampilkan lukisan berjudul "Melepas Malu". Lukisan tersebut adalah karya Buang, pelukis asal Malang, beraliran surealis. "Makna lukisan ini, untuk para pengkhianat bangsa, yang tak malu melakukan korupsi atau mencuri uang negara. Dengan lukisan ini, mereka harus melapas rasa malunya," kata Buang.

Harapannya, kata Buang, dari lukisan karyanya itu, bagi para koruptor untuk malu melakukan hal yang merugikan rakyat dan negara. "Itu pesan yang ingin saya sampaikan dalam lukisan ini," kata Buang lagi.

Dalam lukisan tersebut, ada tangan diborgol dan di atasnyanya ada dua topeng, yang melambangkan topeng pria dan wanita. "Tangan terborgol, kalau sudah masuk sel, koruptor harus malu. Baik itu koruptor laki maupun perempuan," kata Buang menjelaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com