Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Pasien, Tim Medis RSUD Dipanggil Anggota Dewan

Kompas.com - 29/08/2012, 18:17 WIB
Kontributor Pinrang, Suddin Syamsuddin

Penulis

PAREPARE, KOMPAS.com -- Karena tidak terima istrinya, Salwiah, yang hendak melahirkan ditolak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau, Kota Parepare, Sumarlin, warga kelurahan Bukit Harapan, Kecamatan Ujung, Kota Parepare, bersama sejumlah kerabat dan tetangganya mengadu ke anggota DPRD Parepare, Rabu (29/8/2012).

Sumarlin pun melaporkan peristiwa yang menimpa Salwiah, istrinya yang meninggal akibat terlambat penanganan. Mendengar hal ini, Komisi II DPRD Parepare langsung memanggil pihak RSUD Andi Makkasau dengan agenda rapat dengar pendapat dengan pihak rumah sakit dan keluarga pasien, Rabu (29/8/2012). Rapat dengar pendapat pun berlangsung tegang antara pihak keluarga dengan pihak rumah sakit.

"Mengapa pada saat itu pihak RSUD menolak pasien dengan alasan tidak tersedianya obat bius dengan obat-obat pendukung lainnya? Apalagi kondisi pasien pada waktu itu dalam keadaan kejang-kejang yang hendak melahirkan?" tanya Kaharuddin Kadir, ketua Komisi II.

Di depan ketua dan anggota Komisi II dokter kandungan RSUD Andi Makkasau dr Nurhamidar SPoG yang kebetulan menjaga Salwiah pada saat itu, kembali membenarkan pihaknya menolak Salwiah untuk dioperasi karena minim obat bisu.

"Memang kami tidak ingin menerima risiko karena keterbatasan obat bius. Makanya kami menyarankan agar pasien dirujuk ke rumah sakit lain," katanya.

Menurutnya, saat itu stok obat bius yang habis terkesan dibiarkan pihak RSU lantaran dana untuk membeli obat bius sudah habis. Tidak hanya Salwiah, kata Nurhamidar, puluhan pasien yang berindikasi dioperasi sejak Jumat siang hingga Sabtu malam ditolak dan dirujuk ke rumah sakit lain karena obat bius habis.

Menurutnya, kalau pihak manajemen RSUD Andi Makkasau merasa tidak mau memberikan pelayanan kesehatan gratis, sebaiknya angkat tangan, dan sosialisasikan kepada masyarakat bahwa RSUD Tipe B ini tidak mampu menjalankan program Jamkesda.

"Kita ini dokter rumah sakit mau bekerja. Nah, bagaimana caranya dokter dan perawat mau bekerja kalau obat minim? Kami tidak tahu ini kesalahan manjemen rumah sakit ataukah pihak pemkot yang tidak mencairkan uang untuk obat tersebut," tegas dr Nurhamidar.

Akhirnya Komisi II menyimpulkan untuk memanggil sekretaris daerah Kota Parepare untuk dimintai klarifikasi penyebab keterbatasan obat di rumah sakit. "Kita rencananya memanggil pak sekda, hanya saja dia juga ada rapat," jelas Kaharuddin Kadir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com