Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengerikan, Jangan Sampai Terjadi di Kalteng

Kompas.com - 22/02/2012, 17:07 WIB
Dwi Bayu Radius

Penulis

PALANGKARAYA, KOMPAS.com- Kebakaran yang melanda Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan di Denpasar, Bali, sangat memprihatinkan. Peristiwa itu amat menyedihkan karena jumlah penghuni lapas jauh melampaui kewajaran sekaligus mengerikan karena kebakaran melanda bangunan yang sangat padat tahanan.

Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukham) Kalteng, Nazarudin Bunas di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (22/2/2012), mengaku sedih menyaksikan tayangan kebakaran Lapas Kerobokan di televisi.

Kerisauan dapat dirasakan karena kondisi yang nyaris sama juga terjadi di dua lapas di Kalteng, yakni Palangkaraya dan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Jumlah tahanan di kedua lapas itu juga sudah berlebihan. "Jangan sampai sudah terjadi musibah seperti di Lapas Kerobokan, baru ribut," ujarnya.

Pada malam hari, mereka yang menjaga lapas paling banyak lima orang. Jika terjadi kebakaran dan mati lampu, sudah pasti tak semua tahanan bisa diselamatkan. "Kalau itu terjadi di Lapas Palangkaraya dan Sampit, sulit dibayangkan. Karena itu, saya amat sedih dan ngeri melihat Lapas Kerobokan terbakar," katanya.

Petugas harus membuka pintu utama bangunan terlebih dulu baru membuka sel-sel tahanan. Jangankan malam, papar Bunas, siang hari dengan petugas yang lebih banyak pun jika lapasnya sepadat di Palangkaraya, munculnya korban jiwa akan sulit dicegah.

Bunas juga mengkhawatirkan soal ketidaknyamanan lapas dengan sebagian para narapidana yang ditahan karena kasus narkoba. Mereka itu biasanya lebih sensitif. "Untung di Palangkaraya belum pernah terjadi bentrok. Sementara, jumlah penjaga yang piket sangat terbatas," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com