Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesaing Ponari Benar-benar Beraksi

Kompas.com - 18/02/2009, 05:56 WIB

JOMBANG, RABU — Rumah Slamet (50) di Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang, kian ramai dikunjung masyarakat, Selasa (17/2). Jika sehari sebelumnya baru sekitar 150 warga yang mendatangi, kemarin diperkirakan jumlahnya mencapai 3.000 orang.

Kedatangan mereka guna mendapatkan pengobatan karena berdasarkan isu yang beredar, anak gadis Slamet, Dewi Sulistiyowati—kemarin tertulis Setiawati— menemukan batu ajaib yang bertuah.

Batu tersebut diyakini merupakan ‘saudara’ atau pasangan dari batu sakti milik Ponari, dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang. Isu itu mulai beredar sejak Senin (16/2). Itu sebabnya sejak itu rumah Slamet mulai didatangi masyarakat yang meminta kesembuhan.

Mereka sebagian besar datang dari lokasi pengobatan Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh. Meski pengobatan Ponari kemarin dibuka beberapa jam, tapi karena membeludaknya pengunjung sebagian besar tak terlayani. Sebagian dari mereka pun berbondong-bondong ke rumah Slamet yang jaraknya sekitar lima kilometer dari rumah Ponari.

Istianah (51), warga Desa/Kecamatan Perak, Jombang, mengaku, datang ke rumah Slamet setelah mendengar sejumlah calon pasien Ponari juga eksodus ke sana. “Ada yang cerita kemarin Ponari meminta agar sebagian pengunjung berobat ke Dewi, katanya Ponari ingin istirahat sejenak karena capek. Iku ngono sedulurku (itu saudaraku),” kata Istianah.

Tapi ketika ditanya siapa yang sempat berbicara dengan Ponari, Istianah tidak bisa menyebut orangnya. “Wah saya tidak tahu namanya, dia orang luar Jombang sih,” jelas Istianah.

Menurut kabar yang beredar, jika batu ajaib milik Ponari dihuni makhluk gaib bernama Rono, maka milik Dewi dihuni makhluk gaib perempuan bernama Rani, keduanya bersaudara.

Kedatangan ribuan pengunjung diterima Slamet karena Slamet dikenal sebagai dukun. Bahkan, Slamet juga melakukan persiapan guna menyambut datangnya pengunjung eksodan dari rumah Ponari. Di antaranya, rumah Slamet sudah didirikan dua tenda, masing-masing berukuran 4 x 4 meter dan 4 x 6 meter. Juga sudah dibentuk panitia yang bertugas mengatur alur pengunjung, serta berbagai keperluan untuk pengobatan.

Pengobatan yang dilakukan Slamet berbeda dengan Ponari. Jika Ponari mengobati dengan cara mencelupkan batu ajaib ke air untuk diminumkan kepada pasien, Slamet mengobati dengan air yang telah dibacakan doa.

Proses pengobatan itu juga tidak menyertakan Dewi. Selama pengobatan, Slamet berada di sebuah ember besar, kemudian secara bergiliran pengunjung mencurahkan air yang dibawanya ke dalam ember besar.

Selanjutnya, panitia dengan gayung menciduk air dari ember besar itu dan dibagikan kepada pengunjung yang sudah mengisikan airnya ke ember. Selama proses itu, Slamet yang berpeci putih komat-kamit berzikir dengan terus memutar rangkaian tasbih di tangan kanannya.

Di sela istirahat, Slamet mengungkapkan, dirinya tidak tahu-menahu siapa yang menyebarkan isu batu temuan Dewi berkaitan dengan batu milik Ponari. Menurutnya, cara pengobatan yang dia lakukan hanyalah lewat doa dan sudah  lama dipraktikkan. “Kalau soal batu, itu memang ditemukan oleh anak saya dan sekarang saya simpan. Pengobatan yang saya lakukan tidak ada hubungannya dengan Ponari,” katanya.

Disinggung mengapa tidak menyertakan batu untuk penyembuhan, Slamet mengaku itu bisa menjurus ke syirik. Dengan alasan serupa, Slamet juga menolak memperlihatkan batu tersebut. Sementara itu, Dewi sendiri selama pengobatan tidak kelihatan. Menurut Slamet, Dewi ada di kamar dan tidur. Dewi selama ini dikenal warga sebagai anak yang mentalnya terbelakang dan sudah tidak sekolah sejak setahun lalu, setelah drop out dari kelas VI SDN I Brodot. (sutono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com