PURWOREJO, KOMPAS.com – Sebanyak 10 Ketua RT dan 4 Ketua RW di Desa Wasiat, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah kompak mengundurkan diri dari jabatannya.
Ketua RT 01 Desa Wasiat, Bayu Praseno mengaku mengundurkan diri karena memang sudah tidak mampu menjalankan tugas sebagai Ketua RT.
Selain itu, ketidaksepahaman dengan kepala desa menjadi sebab ia mundur dari jabatan ketua RT.
“Alasanya karena saya banyak pekerjaan, lalu tidak sepaham saja si sama Kepala desa, karena saya merasa sudah tidak mampulah menjalankan tugas, mungkin ada yang lebih baik,” katanya Rabu (21/2/2024).
Baca juga: Polisi Selidiki Keberadaan Truk Sebelum Mundur yang Tewaskan Satu Orang
Bayu menyampaikan, dirinya menjadi Ketua RT sekitar 5 tahun. Selama waktu tersebut, hubungan kerja dirinya dengan kepala desa dianggap baik- baik saja.
“Pengunduran diri ini karena keinginan pribadi saya, tidak ada kaitannya dengan persoalan lain, karena tidak cocok saja saat terjadi perbedaan pendapat,” lanjutnya.
Dengan pengunduran dirinya, ia berharap ada pengganti Ketua RT yang lebih baik lagi, lebih bijak, dan bisa menjalankan tugas sebagai Ketua RT dengan baik.
Hingga Jumat, (23/2/2]24), Kompas.com mencoba mencari tanggapan ketua RT dan RW lainnya, tetapi tidak mendapat respons.
Surat pengunduran diri 10 Ketua RT tersebut viral di media sosial hingga menjadi perbincangan publik. Surat itu bertanggal 18 Februari 2024.
Ada juga yag menduga, pengunduran 10 ketua RT tersebut terkait politik karena rendahnya perolehan suara salah satu caleg di desa itu.
Pengunduran diri itu dilakukan para Ketua RT dan RW beberapa hari setelah pemungutan suara Pemilu 2024 berlangsung.
Namun demikian, kabar desas-desus itu ditepis dan dinyatakan tidak benar oleh Kepala Desa Wasiat, Sulit Sukesi.
“Ini hal biasa urusan saya dengan anak anak saya. Karna memang saya mudah sekali mengatakan sesuatu yang membuat mereka ngak suka. Tapi semua aman. Nggak ada hubunganya dengan politik,” kata Sulit Sukesi.
Dia mengaku, saat pemungutan suara, dirinya memang sempat marah-marah di TPS 04 karena banyak surat suara yang rusak, terutama surat suara DPRD Provinsi.
Di mana surat suara DPD yang calonnya tidak terlalu dikenal saja banyak yang nyoblos, tapi kenapa surat suara DPRD Provinsi tidak banyak yang nyoblos, dan menurutnya sia-sia karena negara menghabiskan triliunan untuk menggelar Pemilu.