KOMPAS.com - Hairul Efendi (25), pemuda asal Sumbawa, harus berjuang melawan penyakit lumpuh yang dideritanya sejak lahir.
“Saya kerap menangis kala menahan sakit di perut dan badan saya,” kisah Hairul.
Selain mengalami lumpuh, Hairul juga kesulitan berbicara. Untuk buang air besar dan kecil, ia harus digotong orangtuanya.
Begitu pula saat ia hendak mandi dan membersihkan tubuhnya.
Baca juga: Pemkot Gelontorkan Anggaran Rp 1,9 Miliar untuk 12.000 Warga Miskin Ekstrem di Bima
Saat Kompas.com mendatangi rumah orangtua Hairul, Jumat (19/1/2024), ia terlihat mengenakan baju lusuh.
Rumah batu berukuran sepetak keluarga ini hanya memiliki satu ruangan. Dapur dan ruangan tamu menyatu tak ada sekat.
Dari sudut rumahnya, ia hanya bisa menyaksikan aktivitas orang tua dan kakaknya.
Ia ingin beraktivitas seperti yang lain secara normal tetapi kondisi fisik menghambatnya. Hairul sulit bergerak bebas.
"Saya mau bermain bebas seperti yang lain tapi tak bisa," ucap Hairul sambil mengusap wajahnya.
Setelah mengucap kalimat itu, ia tertunduk dan diam tanpa kata.
Anak bungsu dari pasangan Arsyad (60) dan Murni (57) lahir dengan kondisi disabilitas fisik dan tidak bisa melakukan aktivitas.
Baca juga: Cerita Warga Miskin Ekstrem di Sumbawa: Anak Putus Sekolah, Pinjam Tanah untuk Bangun Rumah
"Anak saya ini lumpuh sejak lahir. la adalah anak ketiga kami," cerita Murni saat ditemui Jumat (19/1/2024).
Ia membutuhkan bantuan dan perhatian khusus dari pemerintah.
Warga Kelurahan Uma Sima, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa ini hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem dan kesulitan ekonomi.
“Anak saya hanya habiskan waktu sejak kecil hingga sekarang terbaring di kasur,” katanya.