Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNKT: "Single" atau "Double Track" Sama Amannya, Sepanjang Prosedur Diikuti

Kompas.com - 06/01/2024, 15:38 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono tak menampik bahwa penyebab kecelakaan kereta api yang terjadi Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, lantaran persoalan single track dan double track.

Soerjanto mengatakan, secara teori dan prosedur persoalan single atau double track diperbolehkan.

Sepanjang setiap prosedur dan fungsinya dijalankan dengan baik, hal itu tergolong aman.

"Mungkin, masalah single track atau double track, menurut teori atau regulasi atau dengan prosedur yang ada, sebetulnya sama saja amannya. Nah, sepanjang itu semua diikuti dan berfungsi dengan baik, jadi enggak ada masalah antara single track dan double track sepanjang prosedur yang single track diikuti," kata Soerjanto saat ditemui, Sabtu (6/1/2024).

Baca juga: Evakuasi Bangkai KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya Ditargetkan Selesai Hari Ini

"Kalau double track, kapasitasnya akan lebih banyak. Itu yang pasti, tapi kalau amannya, jadi sama saja sepanjang aturan diikuti," tambah dia.

Ia mengungkapkan, setiap kemungkinan terkait insiden kecelakaan kereta api di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu bisa saja terjadi.

Namun, kata dia, pada akhirnya akan disesuaikan dengan hasil dari langkah yang telah ditempuh KNKT, seperti hasil wawancara dan data di black box.

Dia mengatakan, saat ini hingga Senin (8/1/2024), KNKT akan melakukan wawancara kepada seluruh petugas pelayanan di Stasiun Cicalengka dan Haurpugur.

Kemudian, pihaknya akan mengunduh setiap data yang ada di black box.

"Di-download terus nanti kita minta penjelasan dari KAI atau dari LAN, kode yang ada di dalamnya kan kodenya mereka yang bikin," ujar dia.

Baca juga: 3 Kereta Relasi Surabaya-Bandung Ubah Rute Perjalanan Imbas Tabrakan KA Turangga

Pihaknya menyebutkan, proses investigasi hanya akan memakan waktu 3 sampai 4 bulan.

"Tidak sampai satu tahun, tapi kalau masalahnya kompleks, kadang kita perlu penelitian di laboratorium, bisa lebih dari satu tahun, tapi kita upayakan 3-4 bulan kita selesaikan," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Beri Sinyal Maju Pilkada Semarang, Mbak Ita: Tinggal Tunggu Restu Keluarga

Beri Sinyal Maju Pilkada Semarang, Mbak Ita: Tinggal Tunggu Restu Keluarga

Regional
Terjepit di Mesin Conveyor, Buruh Perusahaan Kelapa Sawit di Nunukan Tewas

Terjepit di Mesin Conveyor, Buruh Perusahaan Kelapa Sawit di Nunukan Tewas

Regional
Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Regional
Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Regional
Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Regional
Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Regional
Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com