SERANG, KOMPAS.com - Angkutan Kota (Angkot) di Kota Serang, Banten, terus memaksakan eksis di tengah hadirnya beragam moda transportasi berbasis online.
Sopir angkot memilih menggunakan pola lama untuk mencari rezeki dengan mengelilingi Kota mencari penumpang, tanpa beralih menggunakan teknologi.
Pilihan itu dilakukan semata-semata untuk menghidupi keluarga di rumah meski pendapatan yang diperoleh 'krisis' atau pas-pasan.
Baca juga: Menjajal LRT Sumsel yang Kini Jadi Primadona Gen Z
Para sopir angkot terpaksa bertahan mencari rezeki, berhadapan dengan kendaraan berbasis online yang fasilitasnya lebih nyaman dan mudah.
Kurtubi (52), supir angkot trayek 02 mengaku, tetap bertahan bekerja menjadi supir angkot karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.
"Sudah 7 tahun jadi supir angkot, dari hari ke hari pendapatan terus berkurang. Semenjak ada taksi online, ojek online," kata Kurtubi saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (9/11/2023).
"Mau gabung (taksi online) tapi nyamannya gini (supir angkot), mau usaha lain bingung," sambung dia.
Tak hanya moda transportasi berbasis online, saingan Kurtubi dan supir angkot lainnya juga kendaraan pribadi yang kini merajalela.
Saat ini, untuk membeli kendaraan pribadi sangatlah dipermudah. Sehingga kendaraan umum seperti angkot semakin ditinggalkan.
"Semakin sedikit sekarang jumlah angkot, banyak yang gulung tikar, beralih ke usaha lain," ujar Kurtubi.
Kompas.com pun menjajal dan merasakan menaiki angkot Kurtubi berwarna biru dengan garis putih dibagian bawahnya.
Angkot milik Kurtubi tertempel stiker dibagian kaca depan dengn trayek 02 jurusan Terminal Pakupatan - Ahmad Yani - Terminal Kepandean pulang pergi.
Stiker itu ditempel oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Serang untuk acuan penumpang menaiki angkot agar rute sesuai tujuan.
Namun, stiker ditempel hanyalah sebagai hiasan saja. Sebab, angkot di Kota Serang sejak dulu sampai saat ini rutenya acak-acakan dan tidak sesuai trayek.
Dari Terminal Pakupatan, Kompas.com melaju ke arah jalan protokol Kota Serang.