BANDUNG, KOMPAS.com - Kasus bayi hilang secara tiba-tiba di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menggegerkan publik.
Sempat diduga bayi tersebut hilang karena diambil orang tidak dikenal pada malam hari.
Namun setelah dilakukan serangkaian penyelidikan polisi, ternyata bayi yang baru berusia 12 hari tersebut sengaja dititipkan oleh sang ibu AI (17) ke kerabatnya.
Baca juga: Cerita Bayi Hilang di Cianjur Ternyata Hasil Rekayasa Ibunya
Ibu bayi menyerahkan anaknya secara sukarela ke kerabatnya tanpa sepengetahuan suami. Alasannya, karena AI tidak sanggup mengurus bayinya.
Psikolog Stephani Raihana Hamdan berpendapat, AI mengalami stres selepas melahirkan karena belum bisa beradaptasi dengan kehidupannya sebelum dan sesudah menjadi ibu.
"Tampaknya proses penyesuaian pasca-melahirkan dirasa cukup berat bagi ibu bayi. Sehingga mengalami stres fisik dan psikologis," katanya saat dihubungi, Selasa (14/11/2023).
Menurut dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) ini, usia ibu bayi yang berada di fase remaja akhir belum siap menjalani peran dan aktivitas barunya.
"Secara usia masih belia, tidak direkomendasikan untuk menikah. Dari regulasi di Indonesia usia yang disarankan untuk menikah yakni 19 tahun," katanya.
"Usia dini juga menyebabkan seseorang belum matang untuk memiliki anak. Dari segi kesehatan rahim belum siap, fisik juga belum matang. Apalagi kondisi psikologis, jadinya lebih gampang stres," tambah Stephani.
Baca juga: Misteri Bayi Hilang di Cianjur Terpecahkan, Ternyata Hanya Cerita Karangan Ibunya
Dia menduga, ibu bayi tersebut mengalami stres dipicu oleh kurangnya perhatian yang diberikan lingkungan terdekatnya.
Apalagi, pada masa awal selepas melahirkan, psikologis ibu muda cenderung belum stabil.