KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan terjadi di perbatasan Desa Matantutul dan Wermatang Kecamatan Wermaktian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Kebakaran yang terjadi pada Minggu (12/11/2023) itu menyebabkan hampir satu hektar lahan terbakar.
Api dengan cepat menjalar dan membakar lahan di hutan karena kondisi angin yang kencang.
Baca juga: Kebakaran Hutan Gunung Rinjani Meluas Capai 95 Hektar
Beruntung kebakaran lahan tersebut dapat dipadamkan. Anggota Bhabinkamtibmas Desa Marantutul, Briptu E Chr Thenu, bersama seorang petani warga setempat bisa menjinakkan si jago merah meski dengan cara seadanya.
Menurut Briptu Thenu, kebakaran lahan itu diketahui saat dirinya sedang dalam perjalanan menuju desa binaan.
Saat itu ia melihat ada kepulan asap membubung tinggi dari kebun salah satu warga.
"Saat itu saya langsung berhenti dan saya mendekati kebun yang terbakar lalu saya bersama seorang warga yang hendak ke kebun berusaha memadamkan api," katanya kepada wartawan, Senin (13/11/2023).
Ia mengaku kebakaran lahan yang terjadi saat itu sudah meluas hingga mencapai 1 haktare.
Menurut Thenu, diduga kebakaran itu terjadi karena adanya pembukaan lahan perkebunan baru dengan cara membakar lahan dan tidak dipadamkan dengan baik.
"Penyebab kebakaran diduga karena adanya percikan api bekas pembakaran saat membuka lahan kebun baru yang tidak dipadamkan hingga selesai,” katanya.
Terkait kebakaran yang terjadi, Kapolsek Wermaktian Iptu Lucky Kora mengimbau warga agar lebih berhati-hati saat membuka lahan perkebunan baru.
Apalagi pembukaan lahan baru dilakukan dengan cara membakar hutan.
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Argopuro Ditutup Sementara Imbas Kebakaran Hutan
“Olehnya itu kami mengimbau masyarakat apabila ingin membuka lahan baru, sebaiknya tidak dilakukan dengan cara membakar hutan kebakaran akan meluas," katanya.
Ia menambahkan, pembakaran hutan untuk membuat kebun sangat berisiko. Jadi, warga tidak dianjurkan menempuh cara tersebut.
"Kebakaran hutan dan lahan ini dapat menimbulkan kerugian baik aspek sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.