KOMPAS.com - Aktivitas warga lereng gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), berjalan seperti biasa meski gunung setinggi 1.423 meter dari permukaan laut itu terus mengalami erupsi.
Tokoh adat Desa Jontona, Asan Keluli (54), mengungkapkan, warga sekitar menganggap erupsi bukan hal baru sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
"Ada peningkatan erupsi, tetapi warga di sini biasa saja. Aktivitas berjalan normal," ujar Asan saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (25/10/2023).
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok NTT Kembali Meletus Pagi Ini, Semburkan Asap Tebal
Asan menerangkan, sejak sebulan terakhir hujan abu vulkanik mengarah ke utara Ile Lewotolok. Ia juga menyebut tidak ada pencemaran air akibat abu vulkanik.
Meski begitu, lanjutnya, warga tetap waspada. Apalagi bila berkaca pada peristiwa 2020, ribuan warga lereng gunung itu sempat mengungsi akibat erupsi.
Bahkan, saat ini sebagian warga telah menetap di lokasi yang baru.
"Dulu memang kami sempat evakusi ke Lewoleba selama dua bulan. Tapi, kalau selama dua tahun ini belum ada warga yang dievakuasi. Semua anggap biasa, tetapi dalam kewaspadaan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian mengatakan, saat ini aktivitas gunung Ile Lewotolok masih level II waspada.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok NTT Meletus 1.073 Kali Selama Dua Pekan
Warga diminta tidak memasuki dan melakukan aktivitas dalam radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung.
Masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona diminta selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak.
Guna menghindari gangguan pernapasan (ISPA) ataupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan abu vulkanik, warga diminta menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Selain itu, masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai yang berhulu di puncak Ile Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama saat musim hujan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.