SEMARANG, KOMPAS.com- Pakar Komunikasi Politik Universitas Diponegoro (Undip) Muchamad Yulianto menilai banyak partai politik yang memanfaatkan popularitas kader dari kalangan artis untuk memenangkan pemilu. Pasalnya para artis dianggap mampu untuk meningkatkan elektabilitas partai.
Dalam hal ini, Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi parpol dengan kader artis terbanyak. Di dalamnya terdapat Astrid Kuya hingga Verrel Bramasta yang bakal ikut bersaing pada Pemilu mendatang.
Baca juga: Mahfud MD: Partai dan Elite Politik Berperan Besar Ciptakan Pemilu Damai
Sama halnya dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru berkecimpung dalam perpolitikan juga ikut menyumbang kader dari kalangan artis.
“Partai baru seperti PAN, PSI, dan partai lainnya itu ingin menaikkan elektabilitas partai untuk menembus parliamentary threshold 4 persen. Maka mereka memasang caleg-caleg yang mengandalkan aspek popularitas, dalam hal ini aktris,” ujar Yulianto saat melalui sambungan telepon, Rabu (13/9/2023).
Terbukti, mantan vokalis Band Nidji Giring Ganesha mempimpin partai yang identik dengan anak muda itu. Berikutnya mantan personil Band Kerispatih Doadibadai Hollo berencana nyaleg lewat PSI.
Pihaknya menilai masyarakat masih mengagungkan popularitas artis. Hal ini dimanfaatkan partai untuk meraup dukungan dari kader kalangan artis.
“Popularitas artis itu yang kemudian dimanfaatkan oleh partai baru, terutama yang ingin menaikkan elektabilitasnya di Pemilu 2024,” imbuh Dosen program studi Ilmu Komunikasi FISIP Undip itu.
Baca juga: Hadapi Pemilu 2024, Sandiaga Uno: PPP Sudah Gigi Tiga
Kendati demikian, popularitas yang dimiliki artis tidak serta merta membuatnya terpilih. Pasalnya, ada aspek lain yang menjadi pertimbangan para pemilih.
“Di sini (Pemilu) akan dinilai performa kualitas pribadi. Pikiran, gagasan, perilaku, tindakan, hingga kemampuan mereka untuk membuat kebijakan publik pasti juga akan dinilai pemilih,” bebernya.
Sehingga bila artis yang direkrut parpol memiliki gagasan dan keprribadian baik, maka semakin besar peluang untuk menang dalam pileg.
“Kaderisasi bisa gagal kalau sembarangan mengajak artis yang hanya mengandalkan popularitas, tetapi kalau orangnya berkualitas dari gagasan dan visi-misinya bagus, dia termasuk partai yang berhasil meng-endorse popularitas caleg artis jadi pemimpin,” lanjutnya.
Buktinya, ia menilai politikus DPR RI asal Golkar sekaligus pemain film Nurul Arifin merupakan contoh keberhasilan parpol dalam merangkul artis. Tanpa diimbangi kualitas diri, maka populatitasnya tak berarti dan justru menjadi kritik dan refleksi bagi parpol itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.