NUNUKAN, KOMPAS.com - Warga Adat Dayak Lundayeh, memiliki tradisi dan kekayaan alam yang kaya.
Selain sumber air asin yang menjadi bahan baku garam gunung, Krayan juga memiliki Padi Adan yang menjadi makanan favorit Sultan Brunei Hasanul Bolkiah.
Selain itu, Krayan juga memiliki sejumlah makanan khas, yang belum banyak diketahui. Salah satunya adalah telluk.
Baca juga: Populasi Kerbau Krayan Menurun, Ancaman Serius Terhadap Eksistensi Padi Organik Adan
Telluk, menjadi sajian kuliner adat yang disuguhkan pada HUT ke- 78 di perbatasan RI - Malaysia.
Salah satu pembuat telluk, Len Herawati menuturkan, telluk bisa dibuat menggunakan ikan ataupun daging.
"Saya buat telluk kali ini pakai ikan lawit tuan dan lawit bladus. Itu ikan yang hidup di sawah,"ujarnya, Kamis (17/8/2023).
Baca juga: Upacara HUT Ke-78 RI di Krayan, Gubernur Kaltara Sebut Masih Banyak yang Akan Dibenahi
Len mengatakan, untuk memasak telluk, bahannya cukup sederhana.
Hanya ikan mentah yang sudah dipisahkan dari tulang dan kepalanya, lalu diberi daun appa untuk penyedap rasa, garam, dan dicampur daun ubi.
Bahan bahan tersebut, dimasukkan dalam toples, ditambahkan sedikit air.
"Kalau sudah tercampur semua, disimpan saja jangan pernah buka tutupnya. Baru bisa dimakan minimal setelah seminggu, bisa juga kalau rasanya mau lebih asam, tunggu sampai tiga minggu,"katanya.
Cita rasa Telluk memang cukup khas, ada rasa asin karena kandungan garam, asam akibat fermentasi, dan aromanya sedikit amis.
Telluk biasanya dimakan sebagai pengganti sambal karena rasanya yang mirip acar.
"Kalau mau dimakan, tambahkan bumbu lalu tumis, supaya amisnya hilang,"jelasnya.
Cara membuat telluk sudah berbeda dibandingkan dulu yang masih menggunakan tabung bambu, dan dipendam di tengah sawah untuk menghindari gangguan anjing maupun binatang buas.
"Kalau sekarang, orang akan memasak kembali kalau mau dimakan. Tempatnya juga bukan bambu, tapi toples. Tapi rasanya sama saja,"kata Len.
Dalam jamuan ataupun hidangan sehari hari, telluk akan dimakan dengan nasi Adan dengan lauk ikan bakar atau daging bakar.
Lebih nikmat lagi jika minumannya adalah jus buah saleh alias Bunga Kecombrang.
Minuman unik ini sangat segar dan melegakan tenggorokan, terlebih jika dikonsumsi saat panas, sambil menikmati telluk.
"Kalau sudah ada Bunga Saleh, kita parut itu, tambahkan parutan jambu biji, diperas, ditambahkan gula tebu. Itu nikmat sekali, kata orang macam teringat semua memori indah zaman muda dulu," Len Herawati berkelakar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.