BANGKA BARAT, KOMPAS.com-Tambang timah erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung.
Dari aktivitas tambang, perekonomian masyarakat bergerak ke berbagai sektor.
Salah satunya dirasakan Dama (53) warga Desa Bakit, Parittiga, Bangka Barat. Dama menggantungkan hidup sebagai penyedia jasa transportasi laut.
Baca juga: Warga Tewas saat Menambang Timah, Standar Keselamatan Kerja Diabaikan
Menggunakan perahu kayu dengan mesin tempel atau speed lidah, Dama khusus melayani antar jemput penambang timah inkonvensional (TI).
"Dulunya saya tukang kayu. Sekarang kerja bawa speed lidah untuk mengantar penambang," kata Dama saat berbincang dengan Kompas.com di Dermaga Bakit, Rabu (9/8/2023).
Dama telah memiliki langganan yang merupakan para penambang TI ponton apung jenis tower.
Demi pekerjaan itu, Dama harus meluangkan waktu siang maupun malam hari.
"Biasanya mengantar pagi, siang dan sore saat mau pulang. Tapi kalau sampai malam harus siap juga," ujar Dama.
Baca juga: Menambang Timah di Tengah Kota Pangkalpinang, Belasan Orang Ditangkap
Speed lidah yang bermuatan empat sampai lima penumpang itu mengantarkan para penambang ke lokasi ponton yang berjarak sekitar 1 mil laut dari pantai.
Jasa transportasi tersebut tidak dibayar menggunakan uang tunai, melainkan dengan bijih timah hasil penambangan.
Takarannya menggunakan genggaman tangan.
Besar atau kecilnya genggaman berisi bijih timah, tergantung hasil yang didapat para penambang setelah seharian bekerja.
"Kalau penambang dapat banyak, kita juga dikasih banyak. Kalau tidak ada hasil, kita juga tidak dapat, tapi tetap kita antar mereka," ujar Dama.