KOMPAS.com - IG (12), bocah asal Desa Ciwareng, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat kecanduan aroma bensin
Setiap hari dia harus mencium aroma bensin. Kebiasaan itu muncul saat IG duduk di kelas tiga sekolah dasar di masa pandemi.
Awal mula IG kecanduan mencium aroma bensin ini saat sang ayah kerap menyuruhnya membeli bensin eceran.
Lalu sejak tiga tahun terakhir, ia menghirup aroma bensin dengan cara memasukkan bensin ke dalam botol plastik.
Baca juga: Bocah 12 Tahun di Purwakarta Kecanduan Aroma Bensin, Kebiasaan Sejak Pandemi hingga Putus Sekolah
Bahkan kebiasaan menghirup aroma bensin itu membuat IG berhenti sekolah dengan alasan malu.
Selain itu, ia kerap mengamuk saat dilarang menghirup aroma bensin. Bahkan ia membawa botol berisi bensin ke tempat tidur.
Selain IG, berikut 5 kasus anak kecanduan menghirup aroma bensin di Tanah Air:
Pada tahun 2011, Pejju (8), warga Desa Sarajae, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dikabarkan kecanduan menghirup bensin.
Anak ketujuh dari pasangan buruh tani ini setiap hari selalu membawa jeriken merah berisi bensin.
Sang Ibu, Titi bercerita saat masih berusia satu tahun, sang anak suka menghirup aroma minyak tanah dari lampu teplok.
Melihat itu, sang ibu meletakkan lampu teplok ke tempat yang lebih tinggi. Namun, Pejju malah menghirup bensin di rumah orangtua temannya yang berjualan bensin.
"Jika dilarang, Pejju marah-marah dan merusak barang-barang yang ada di dekatnya," jelas Titi yang mengaku cemas dengan kesehatan anaknya itu.
Akibat kebiasaan tersebut, terdapat lingkaran noda hitam di bagian hidung dan bibir bagian atas. Selain itu, Pejju lebih memilih menghirup bensin atau makan makanan ringan dibandingkan nasi.
"Anak ini tidak mau makan, hanya selalu meminta kerupuk dan bensin. Jika saya paksa dia makan, biasanya satu kali suap saja, selebihnya dimuntahkan kembali nasinya," cerita Titi.
Pada tahun 2015, Salamun (18), warga Pasir Garam, Kecamatan Simpangkatis, Bangka Belitung memiliki kebiasaan menghirup aroma bensin.