Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Wisuda dari TK sampai SMA, Antara Momen Berkesan dan Biaya yang Mahal

Kompas.com - 04/07/2023, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Ada kisah orang tua yang mengeluh biaya wisuda yang mahal, sehingga melahirkan polemik tentang manfaat dan tujuannya.

Tapi mengapa sebagian orang tua siswa justru mendukungnya?

Yuli Saputra, memandang dengan mata berbinar-binar saat melihat anak laki-lakinya naik ke atas panggung saat namanya dipanggil kepala sekolah.

Di panggung, Khalif Alvaro, 13, dikalungi medali dan tali topinya dipindahkan dari kiri ke kanan. Upacara itu menandakan bahwa Khalif telah lulus dari jenjang SD dan akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP.

Baca juga: Pakar Pendidikan: Pelepasan Siswa TK hingga SMA Sebaiknya Tidak dengan Wisuda

Untuk bisa melihat anaknya berdiri di atas panggung itu, Yuli rela membayar ongkos Rp 600.000 yang sudah termasuk atribut lengkap wisuda dan menyewa aula hotel.

Ia mengatakan bahwa seluruh prosesi wisuda itu diatur oleh komite yang terdiri dari para orang tua murid yang melakukan musyawarah mufakat guna menentukan seperti apa acara wisuda yang akan digelar untuk anak-anak mereka.

“Kemarin sebetulnya biayanya lebih besar dari itu [Rp600.000]. Kemudian setelah dimusyawarahkan dengan semua orang tua, akhirnya tercapailah angka itu,” kata Yuli.

Awalnya, ia sendiri dan beberapa orang tua kurang setuju dengan biaya wisuda senilai Rp600.000. Namun setelah mempertimbangkan, ia tergerak oleh keinginan untuk memberikan anaknya kenang-kenangan yang tak terlupakan.

“Memang sebetulnya tujuan dari acara ini untuk merayakan keberhasilan anak-anak selama enam tahun. Mereka bekerja keras belajar, sampai kemudian ada hasilnya dan sekarang mereka lulus.

Baca juga: Kecelakaan Bus Rombongan Wisuda Santri TPA di Babel, 1 Pemotor Tewas

“Terus [acara ini adalah kesempatan] mereka berkumpul untuk terakhir kalinya dan sebagai [kesempatan] untuk berterima kasih kepada guru-guru,” ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa pada acara itu, anak-anak terlihat cukup gembira dan puas dengan upacara yang disusun oleh para orang tua. Ia pun, sebagai orang tua, ikut bangga melihat anaknya bahagia.

Menurut dia, acara wisuda di sekolah - baik di TK, SD, SMP, maupun SMA sudah lumrah dilakukan.

Acara tersebut tak hanya untuk merayakan kelulusan, tetapi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas pencapaian anak.

”Itu kan sebetulnya biasa ya, sudah dilakukan waktu anak saya yang pertama TK kemudian SD. Jadi dari TK ke SD itu pakai toga.”

Baca juga: Viral Wisuda Murid TK-SMA Ditolak Orangtua, Gibran: Tidak Apa-apa, Momen Seumur Hidup

Pinjam uang untuk bayar wisuda anak

Kepala Desa Letbaun, Carlens Herison Bising dan Yarit Timung yang hadir mewakili Camat Semau, bersama Bunda PAUD Desa Letbaun, Dewi Rahayu Sukmawati Gah, menghadiri wisuda bocah PAUD di Desa Letbaun, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (17/6/2023) Kepala Desa Letbaun, Carlens Herison Bising dan Yarit Timung yang hadir mewakili Camat Semau, bersama Bunda PAUD Desa Letbaun, Dewi Rahayu Sukmawati Gah, menghadiri wisuda bocah PAUD di Desa Letbaun, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (17/6/2023)
Muhamad Kotim, 46, yang anaknya bersekolah di SD Negeri di Bojonegoro, Jawa Timur, mengaku cukup kaget saat menerima surat dari sekolah anaknya yang meminta agar ia membayar Rp600.000 untuk acara wisuda SD.

Awalnya dia hanya sanggup membayar Rp200.000. Sisanya dia pinjam dari beberapa kerabat.

“Kaget aja gitu. Berpengaruh ke orang-orang kayak kita. Biaya segitu mahal,” tegas Kotim.

Kotim menyebut Rp600.000 itu sudah mencakup, makanan, biaya sewa hotel mewah, dan juga pakaian wisuda untuk anaknya.

“Buat apa uang sebanyak itu dipakai buat acara gitu aja? Mending untuk keperluan lainnya. Seperti untuk mencari SMP,” ujar pria berusia 46 tahun itu.

Baca juga: Wali Kota Surabaya Larang TK-SMP Negeri Gelar Wisuda, Buka Posko Pengaduan Orangtua

Oleh karena itu, ia mengatakan dirinya setuju dengan orang-orang yang berkomentar di media sosial mengenai betapa memberatkannya acara wisuda bagi orang tua dari segi ekonomi.

Sebab, ia sendiri selama TK hingga lulus SMA tidak pernah menghadiri yang disebut dengan wisuda atau acara perpisahan semacam itu.

Menurut Kotim, wisuda hanya perlu diadakan saat anak lulus perguruan tinggi saja, sedangkan untuk jenjang-jenjang di bawahnya tidak perlu digelar.

“Sangat tidak perlu acara seperti itu. Mereka lulus, ya lulus saja. Tidak perlu acara-acara macam itu,” katanya.

Momen paling berkesan

Jaka Bintara, 24, masih mengingat betul perasaannya saat memegang bendera merah putih saat prosesi wisuda SMK-nya.

Ia menggenggam kain bendera itu dengan erat sambil meneteskan air mata, mengingat memori-memori berkesan yang ia lalui selama tiga tahun duduk di bangku SMK.

“Sudah tiga tahun bersama-sama. Mungkin pernah kesal, pernah marah. Ada bahagianya juga. Dan itu semua campur aduk, rasanya senang dan bahagia,” ujar Jaka.

Wisuda itu ternyata merupakan wisuda terakhir yang dialami Jaka. Setelah lulus, ia memutuskan untuk langsung terjun ke dunia kerja karena tabungan orang tuanya belum mencukupi untuk membiayai perkuliahannya.

Baca juga: Wisuda TK-SMA Sebaiknya Dihapus? Dosen UM Surabaya Beri Alternatif Ini

“Nggak semua orang bisa untuk masuk ke jenjang kuliah. Jadi, mending [wisuda] jangan dipaksa untuk dihilangkan,“ ungkapnya.

Jaka sendiri menceritakan pengalamannya melalui wisuda di semua jenjang pendidikan selama hidupnya, mulai dari TK hingga SMK.

“Kalau TK pakai toga, ada orang tua, dan di sekolah acaranya. Namanya juga TK, seru-seruan aja. Mungkin biar senang-senang dan kebanyakan fotonya ya.“

Saat ia duduk di kelas tiga SD, Jaka mengatakan bahwa ia memiliki guru bahasa Indonesia yang berbaik hati dan mewanti-wanti orang tuanya untuk mulai menabung untuk wisuda.

“Guru bilang ke ibu kalau akan ada wisuda di kelas enam. Ibu diminta menabung Rp50.000 untuk satu bulan dan itu terkumpul. Jadi nggak memberatkan orang tua dan aku juga,“ ujar Jaka.

Ia menyebut acara wisuda SMK sebagai wisuda yang paling berkesan baginya. Karena wisuda tersebut merupakan wisuda terakhir yang ia rasakan sebelum memasuki dunia kerja.

Baca juga: Keberatan dengan Prosesi Wisuda SD sampai SMA, Orangtua Siswa di DIY Sebut Harus Keluarkan Biaya Tambahan

Jaka sendiri selalu pindah sekolah setelah menamatkan suatu jenjang pendidikan, baik itu TK, SD, SMP, maupun SMA. Sehingga, ia harus benar-benar berpisah dengan teman-temannya saat menghadiri acara perpisahan itu.

Walaupun ia paham bahwa ongkos wisuda yang mahal cukup memberatkan bagi orang tua, ia tetap merasa bahwa upacara perpisahan masih memiliki makna penting yang tidak perlu dihilangkan total.

“Kalau dihilangkan rasanya jangan. Soalnya wisuda itu lumayan berkesan bagi siswa-siswa. Mungkin bagi guru-gurunya juga lumayan berkesan di setiap angkatan punya guru yang beda-beda atau ketemu teman-teman yang beda.“

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com