Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD Sebut Kasus Intoleransi di Indonesia Masih Bisa Dihitung dengan Jari

Kompas.com - 09/04/2023, 19:07 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menanggapi laporan SETARA Institute tentang daerah intoleran di Indonesia.

Dalam laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2023, Depok dan Cilegon disebut sebagai daerah paling intoleran. Salah satu kasusnya adalah mengenai sulitnya izin rumah ibadah.

Baca juga: GKI Yasmin Diresmikan, Bima Arya: Mohon Maaf Terlambat 15 Tahun

"Saya harus mengakui belum mengikuti apa yang disampaikan oleh SETARA. Tetapi pemeringkatan seperti ini sudah sering dilakukan dan itu silakan saja menjadi acuan, salah satu acuan kita tentang adanya tempat tempat yang dianggap toleran atau intoleran atau tingkat toleransinya seberapa itu silahkan kita hargai sebagai hasil study," kata Mahfud usai meresmikan gedung gereja GKI Yasmin di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (9/4/2023).

Mahfud kemudian mengungkapkan bahwa di tahun 2012 dirinya pernah didatangi utusan khusus Presiden Amerika Serikat Obama, yang mengurusi hubungan negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam).

Baca juga: Jalan Panjang Dirikan GKI Yasmin, Proses Hukum Sampai MA hingga 130 Pertemuan

Mahfud bercerita, dirinya ditanya tentang mengapa Indonesia memiliki banyak kasus intoleransi.

"Pertanyaan sama. Apakah Indonesia ini punya konstitusi? Sudah tahu dia, ya punya karena saya Ketua Mahkamah Konstitusi saya bilang. Kenapa di indonesia banyak intoleransi? Saya bilang anda menghitung dari mana? Sebelum anda menyebutkan, saya menyebutkan. Pada waktu itu masih ramai soal Yasmin, Parung Ahmadiyah, Lampung soal suku Bali diusir dari sana, terus Mataram Ahmadiyah, di mana lagi saya bilang?" ucapnya.

Baca juga: Diwarnai Konflik Selama 16 Tahun, GKI Yasmin Akhirnya Diresmikan oleh Menkopolhukam dan Mendagri

Mahfud kemudian menyebutkan bahwa kasus intoleransi di Indonesia masih sedikit atau bisa dihitung dengan jari.

"Itu bisa dihitung jari tempat tempat intoleran itu. Tetapi tempat-tempat toleran itu umat beragama terutama yang mayoritas (Islam) justru yang menegakan kebersamaan yang membela kelompok minoritas," kata dia.

"Anda hitung, Indonesia ini luasnya melebihi 20 negara yang terbesar di Eropa. Diurut dari yang terbesar sampai urutan 20 masih luas indonesia. Tapi intoleransinya masih bisa dihitung dengan jari," lanjut Mahfud.

Oleh sebab itu, Mahfud meminta warga tak khawatir karena negara akan selalu hadir untuk menegakan toleransi beragama dan keberadaban.

"Tetapi seperti yang saya katakan tadi dengan cara-cara yang paling mungkin, mungkin perlu waktu seperti Pak Bima sekian tahun, di sana sekian tahun tapi negara akan hadir untuk mengembalikan itu semua bahwa ada pemeringkatan silahkan aja tapi kita tetap mati-matian mempertahankan konstitusi kita," pungkasnya.

Seperti diketahui, SETARA Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran. Hasil scoring kota toleransi tertinggi adalah Singkawang, Kalimantan Barat, kedua Salatiga, Jawa Tengah dan urutan ketiga Bekasi, Jawa Barat.

Sementara untuk kota toleransi terendah adalah Kota Cilegon, disusul Depok dan Padang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

Regional
Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Regional
Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Regional
Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Regional
16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

Regional
Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Regional
Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Regional
Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Regional
Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Regional
Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Regional
Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Regional
Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Regional
Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Regional
Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Regional
Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Kilas Daerah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com