Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Rumah di Pati Rusak akibat Tanah Gerak Rayapan Naik 70 Cm, Warga Diminta Relokasi

Kompas.com - 17/01/2023, 18:22 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PATI, KOMPAS.com - Fenomena tanah bergerak merusak sejumlah rumah warga lereng Pegunungan Kendeng di Dukuh Njaten Lor, Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pati Sukarno menyampaikan, informasi perihal pergerakan tanah yang meresahkan masyarakat diterima pada awal pekan lalu.

Berdasarkan data BPBD Pati, fenomena tanah bergerak berlangsung bertahap hingga pekan ini.

Baca juga: Pelajar Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Terpaksa Belajar Dalam Sekolah Darurat

"Awal tanah bergerak tanggal 8 Januari pukul 20.00 di Dukuh Njaten, posisi di lereng Kendeng. Setelah kami cek ada 5 rumah terdampak dengan 1 rumah rusak parah, lantai naik 30 sentimeter dan ada rekahan-rekahan," kata Sukarno saat dihubungi melalui ponsel, Selasa (17/1/2023).

Dijelaskan Sukarno, dalam perkembangannya pada Minggu (15/1/2023) pergerakan tanah dilaporkan semakin meluas ke sebelah barat dengan ciri-ciri tanah naik 70 sentimeter.

Merujuk laporan Pemdes Beketel, 30 bangunan rumah tercatat mengalami kerusakan, umumnya didominasi pada dinding dan lantai.

"Setelah kami cek tanah naik kira-kira 60 cm-70 cm. Rumah terdampak semakin meluas, di antaranya ada 7 rumah rusak ringan dan 5 rumah rusak berat. Dari 5 rumah yang rusak berat, 3 rumah sudah dirobohkan. Untuk jumlah KK di area rawan sekitar 20 KK," terang Sukarno.

BPBD Pati pun sudah berkoordinasi dengan Dinas ESDM Jateng mensoal fenomena tanah bergerak di wilayah permukiman di Pegunungan Kendeng tersebut. Menurut riwayat, kata Sukarno, pada tahun 1999 bencana serupa pernah terjadi.

"Tanah bergerak disana tahun 1999, lebih parah naik 1 meter lebih," kata Sukarno.

Baca juga: Tanah Bergerak dan 2 Kali Suara Ledakan di Gunung Mereki Bikin Cemas Warga

Dari hasil kajian sementara, fenomena tersebut disebut pergerakan tanah dengan tipe rayapan atau bergerak lambat.

"Hasil pemantauan di lereng sebelah atas, telah terjadi rekahan tanah yang apabila terjadi hujan deras bisa menyebabkan peningkatan gerakan tanah rayapan dan berpotensi longsor," ungkap Sukarno.

Terkait munculnya bencana pergerakan tanah rayapan itu, kata Sukarno, Dinas ESDM Jateng pun merekomendasikan supaya penduduk di area rawan untuk direlokasi atau dipindahkan.

Warga yang terdampak pun, sambung Sukarno, bersedia direlokasi selama ada kapastian tempat relokasi yang aman dan dapat dihuni dalam waktu yang lama.

"Koordinasi dengan Perhutani terkait tempat relokasi infonya sementara ada di lokasi petak 19 atau 20. Perangkat desa memantau tiap malam, untuk memastikan warga tidak tidur di lokasi rawan bencana. Sementara tidur di rumah famili. Ada 30 jiwa terdampak yang harus direlokasi," pungkas Sukarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com