JAMBI,KOMPAS.com - Jeni Adi Saputra, remaja Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) harus menahan pahitnya perundungan saat menempuh pendidikan sekolah, demi keiginannya menjadi polisi.
Dengan menjadi polisi, remaja Orang Rimba ini telah mengubah stigma negatif terhadap kelompoknya dan mengangkat derajat Orang Rimba agar setara dengan warga lainnya.
Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo melantik tiga Orang Rimba menjadi Bintara Remaja polisi, Rabu (22/12/2021) pagi.
Tiga Orang Rimba itu adalah Jeni Adi Saputra, yang berasal dari SAD wilayah Desa Pauh Menang, Kecamatan Pamenang, Merangin.
Lalu, Sarif Santoso, warga SAD dari Desa Karya Bakti, Pelepat, Kabupaten Bungo.
Terakhir, Perbal Tampung, warga SAD asal Bukit Dua Belas, Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.
"Saya mau jadi polisi, biar kami (Orang Rimba) tidak selalu dibodohi, ditipu dan dianggap rendah. Kami mau dianggap setara, sama dengan yang lainnya," kata Jeni Adi Saputra melalui sambungan telepon, Rabu (22/12/2021).
Ia mengatakan kebanyakan orang di luar Orang Rimba, menganggap Jeni dan kelompoknya itu terbelakang dan tidak memiliki pendidikan.
Hal itu membuat sebagian besar kelompok Orang Rimba menjadi defensif dan tidak percaya diri.
Baca juga: Perempuan Orang Rimba Keberatan, Rombongan Kunjungan Dadakan Mensos Risma Mau Ambil Foto
Apabila ada persoalan dengan orang luar, terutama yang berkaitan dengan hukum, Orang Rimba kebanyakan mengalah.
Atas ketimpangan sosial inilah, Jeni bertekad ingin sekolah agar bisa baca tulis dan berhitung. Kemudian mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, sebagai warga negara.
Jeni ingat betul, saat dirinya pulang sekolah dengan berjalan kaki di bawah terik matahari, mobil polisi berhenti di dekatnya.
Awalnya Jeni takut. Namun setelah polisi-polisi itu melempar senyum dan menyapanya dengan ramah, Jeni pun mulai sumringah.
"Saya terkesan sekali. Mereka (polisi) itu berhenti, menyapa dengan lembut, lalu memberi kami tumpangan dan diantar sampai rumah," kata Jeni.
Tidak semua orang, kata Jeni mau mendekati Orang Rimba. Apabila sampai memberi tumpangan, karena dianggap bau dan jorok.
Jeni yang masih berusia delapan tahun kala itu, mengaku sangat terkesan dengan polisi.
Selanjutnya, dia melihat peran polisi terhadap Orang Rimba sangat baik, bahkan kepada masyarakat umum sangat dekat.
"Kalau ada masalah, polisi cepat datang menolong. Maka saya sejak masih kecil, langsung bercita-cita mau jadi polisi," kata Jeni.
Demi merengkuh cita-citanya menjadi polisi, tidak mudah. Sebab budaya Orang Rimba yang jarang bersekolah, terkadang membuat Jeni hendak menyerah.
Tentu tidak semua teman kecil Jeni bersekolah. Hal itu menjadi godaan besar bagi Jeni untuk meninggalkan sekolah.
Selanjutnya, terkadang Jeni juga kasihan dengan kedua orangtuanya yang kerja keras, untuk membantu pendidikan Jeni.