YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kasus meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19 masih terjadi. Kondisi tersebut tentu menjadi keprihatinan bersama.
Di satu sisi jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19 pun memerlukan penanganan untuk bisa segera dimakamkan dengan layak. Peti menjadi salah satu kebutuhan untuk pemakaman dengan protap Covid-19.
Alumni Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) tergerak untuk membuat peti guna membantu memenuhi kebutuhan pemakaman dengan protap Covid-19.
"Gerakan ini dari teman-teman alumni gelanggang UGM," ujar Herlambang Yudho, juru bicara relawan alumni Gelanggang Mahasiswa UGM saat dihubungi, Jumat (9/7/2021).
Baca juga: Tak Dapat RS, Warga Gunungkidul dengan Rapid Antigen Positif Meninggal di Parkiran Shelter
Herlambang menceritakan gerakan ini lahir secara spontan. Awalnya ada seorang teman bernama Capung Indrawan yang mendapat informasi tentang situasi di salah satu rumah sakit yang mulai krisis peti.
Sehingga jenazah di rumah sakit tersebut tidak bisa segera dimakamkan karena menunggu stok peti.
"Dia mendapatkan informasi mulai krisis peti, dan pemakaman tertunda. Jadi jenazah yang sudah ditahan lebih dari dua jam di rumah sakit dan itu terus bertambah dan menumpuk," ucapnya.
Banyaknya korban meninggal akibat Covid-19 membuatnya prihatin. Namun di satu sisi jenazah harus segera dimakamkan dengan layak.
"Ia itu prihatin sebenarnya dengan kondisi nakes yang ada di sana dari memandikan, kemudian di kamar jenazah, sampai petugas pemakaman, itu kalau tidak segera diadakan peti itu, kami mengkhawatirkan juga secara psikologis mereka juga akan tertanggu, itu kasihan sekali," jelas Herlambang.
Berawal dari rasa keprihatinan tersebut, kemudian Capung Indrawan bersama alumni Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mencoba membuat peti untuk pemakaman protap Covid-19.
Hanya saja, kendalanya saat itu mereka tidak mempunyai alat-alat dan keahlian dalam membuat peti.
"Kami tidak punya pengalaman di perkayuan apalagi peti mati tapi Mas Capung ini punya alat-alat dan kebetulan punya bahan kayu. Akhirnya besok paginya membuat peti mati untuk kita jadikan satu contoh, itu empat hari yang lalu eksekusinya," ungkapnya.
Peti yang sudah jadi tersebut kemudian terus dievaluasi. Tujuan evaluasi ini agar peti memenuhi standar peti untuk pemakaman dengan protap Covid-19. Selain itu agar bahan yang digunakan lebih efisien.
Peti yang dibuat tidak menggunakan bahan kayu namun memakai multipleks tebal. Kemudian agar aman di bagian dalamnya dipasang lapisan-lapisan plastik.
"Kita evaluasi mana yang kurang ini itu, untuk efisiensi bahan dan biaya donasi yang masuk betul-betul bermanfaat dan bisa menjadi sebanyak mungkin peti," ucapnya.
Baca juga: Sempat Dikeluhkan Nakes, Stok Oksigen RS Bhina Bhakti Rembang Sudah Kembali Normal