Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Garam Gunungkidul Mati Suri, Puluhan Petani Garam Pilih Jadi Buruh Bangunan

Kompas.com - 16/03/2021, 14:19 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Pemerintah Indonesia memastikan akan melakukan impor garam.

Di sisi lain, produksi garam lokal masih terkendala, meski bahan utamanya tersedia cukup melimpah.

Seperti di Kabupaten Gunungkidul, tahun 2018 lalu, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta bahkan melakukan panen garam yang dihadiri Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Ada dua lokasi pembuatan garam rakyat, yakni di Pantai Sepanjang, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari, dan Pantai Dadap Ayam, Kalurahan Kanigoro, Kapanewon Saptosari.

Baca juga: Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting

 

Ironisnya, kini petani garam belum lagi berproduksi karena berbagai alasan mulai dari faktor alam hingga adanya Covid-19.

Ketua Kelompok Petani Garam Tirta Bahari Winarto mengatakan, produksi garam di Pantai Sepanjang, beberapa bulan terakhir terhenti karena Covid-19.

Adapun Covid-19 menyebabkan sepinya permintaan garam ditambah penerapan pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) menyebabkan anggotanya yang berjumlah 24 orang memilih beralih profesi menjadi buruh bangunan.

Pada awal pandemi, petani sudah memproduksi garam, namun berhenti dan masih ada beberapa kilogram garam. Setiap satu kali pemrosesan, satu panel bisa memproduksi satu kuintal garam.

"Hari ini mau bersih-bersih lokasi tetapi ada tamu dari Bappeda jadi belum bisa dilakukan," kata Winarto saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (15/3/2021).

Dia menilai, kebijakan impor garam sebenarnya tidak tepat. Apalagi Indonesia memiliki potensi yang luas, salah satunya Gunungkidul.

"SDM jika didampingi agak mendingan, selama ini mengertinya ya hanya itu-itu saja. Punya lahan (bahan membuat garam) kok impor," kata Winarto.

Baca juga: Jeritan Petani Garam di Tengah Rencana Pemerintah Impor Garam: Ribuan Kantong Tertimbun di Gudang

Hal serupa disampaikan oleh salah satu pengurus Petani Garam Dadap Makmur, Pantai Dadap Ayam, Triyono mengakui sudah tidak memproduksi garam sejak setahun terakhir. Awalnya pompa rusak, dan tidak produksi, lokasi produksi tersapu angin. Seminggu terakhir mendapatkan bantuan pompa dan perbaikan.

"Jadi awalnya hanya mesin pompa, tapi karena tidak ada aktivitas produksi maka terpal-terpal juga ikut rusak," ucap Triyono.

Kerusakan dalam proses produksi sudah dilaporkan. Bahkan, sambung dia, kelompok sudah mendapatkan bantuan berupa mesin pompa dan terpal untuk memperbaiki kerusakan yang ada.

Triyono mengakui, anggota kelompok sudah memulai kerja bakti untuk menghidupkan kembali budidaya garam yang sempat vakum selama satu tahun.

Sebelum berhenti operasi, setiap bulan ia bisa menghasilkan delapan kuintal garam. Harganya hanya laku Rp3.000 per kilonya. Selain pandemi, permasalahan terkait kandungan garam yang juga belum ada. Ke depan pihaknya berharap kondisi garam lebih baik lagi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa M 6,1 Guncang Bula

Gempa M 6,1 Guncang Bula

Regional
Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Regional
Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com