Bencana yang melanda Grobogan kali ini mengulang kejadian serupa dua pekan silam. Awal April, luapan Sungai Lusi dan Serang merendam tujuh wilayah kecamatan, yakni Grobogan, Tawangharjo, Purwodadi, Toroh, Kelambu, Kulopulon, dan Wirosari.
Banjir bandang yang terjadi kali ini disebabkan meluapnya anak-anak sungai Lusi. Banjir bermula pada Kamis (18/4) petang pukul 17.00. Banjir akibat luapan sungai-sungai kecil yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara itu baru surut Jumat dini hari.
Banjir menggenangi pula Jalan Raya Purwodadi-Pati setinggi sekitar 70 sentimeter. Kondisi tersebut menyebabkan arus lalu lintas terhambat sehingga terjadi antrean panjang dari arah Purwodadi dan Pati sepanjang 1 kilometer.
”Kami masih menghitung kerugian akibat banjir bandang tersebut. Kami juga meminta masyarakat setempat agar waspada, terutama ketika hujan deras dalam tempo lama,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan Titi Rahayuningsih, Jumat.
Daerah tetangga Grobogan, yakni Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, juga terancam banjir. Debit air di Bendung Pembagi Pintu Banjir Wilalung dan Sungai Wulan kembali naik, 866 meter kubik per detik, setelah terjadi hujan deras seharian. Seminggu sebelumnya, debit air mencapai titik maksimal tampung air, 1.000 liter per detik, sehingga menyebabkan banjir di Demak dan Kudus.
Dinas Pengelola Sumber Daya Air (DPSDA) Jateng saat ini berupaya menyelesaikan penutupan tanggul Sungai Wulan di Desa Mijen yang jebol sepanjang
Ratusan rumah di tiga kecamatan di Kabupaten Gorontalo diterjang banjir pada Kamis malam akibat hujan deras sejak siang harinya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo mengingatkan potensi banjir di Gorontalo disebabkan tingginya curah hujan sampai pertengahan Mei.
Kecamatan yang diterjang banjir di Kabupaten Gorontalo adalah Kecamatan Batuda’a, Biluhu Barat, dan Batuda’a Pantai. Sekitar 280 rumah di tiga kecamatan tersebut terkena banjir setinggi 40-50 cm. Diduga, tingginya intensitas hujan menyebabkan air Sungai Batuda’a meluap dan menggenangi permukiman warga.