Muaro Jambi, Kompas -
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Sutardjo optimistis target akan tercapai, mengingat produksi patin selama Januari hingga Maret 2013 sudah sekitar 300.000 ton. Pihaknya menahan impor fillet patin dari Vietnam agar petani dalam negeri leluasa meningkatkan produksi.
”Saya sudah mengeluarkan peraturan menteri yang mengontrol impor patin atau dori dari Vietnam sehingga produksi patin dalam negeri ditingkatkan,” katanya, seusai meresmikan PT Indomaguro Tunas Unggul, industri fillet patin di Desa Kemingking, Kecamatan Taman Rajo, Muaro Jambi, Sabtu (6/4).
Untuk mengantisipasi jatuhnya harga seiring peningkatan produksi, pihaknya mengupayakan pengembangan sektor industri hilir agar penyerapan hasil panen tetap tinggi. Sebagian supermarket kian meminati fillet dalam negeri.
Pasar dunia semakin terbuka, terlebih ditolaknya patin produksi Vietnam. ”Patin dari Vietnam sudah ditolak Amerika karena mengandung residu. Ini kesempatan kita untuk masuk pasaran. Jika 10 persen produksi
Saat di Jambi, menteri memberikan bantuan senilai Rp 60,9 miliar berupa mobil kampanye gemar makan ikan, peralatan pengolah ikan, serta sejumlah sarana untuk kegiatan penyuluhan dan peningkatan produksi.
PT Indomaguro Tunas Unggul beroperasi sebulan terakhir. Kepala Unit Pengolahan Ikan Indomaguro Mandraguna mengatakan, untuk sementara baru 300 kilogran patin yang diproduksi menjadi fillet. Fillet dikirim ke gudang di Jakarta untuk dikemas. Setelah itu, produk fillet dijual ke supermarket dan restoran di Jakarta dan Purwakarta. ”Hasilnya sekitar 100 kilogram fillet per hari,” tuturnya.
Produksi patin akan ditingkatkan hingga bisa mengolah 5 ton per hari. Jumlah pekerja kini 22 orang, semuanya warga lokal. Adapun harga ikan yang dipasok ke pabrik ini Rp 11.000 atau