Jakarta, Kompas -
Jumlah gedung bioskop di Indonesia saat ini sebanyak 640 unit dengan 3.600 layar, jauh berkurang dari tahun 1990 yang lebih dari 6.000 layar. Pemerintah berencana menambah 1.000 layar bioskop di sejumlah kabupaten/kota.
Adapun rata-rata produksi film nasional mencapai 80 film per tahun. Dari jumlah itu, hanya 50 film yang bisa tayang di bioskop. Sisanya kalah bersaing dengan film Hollywood.
Menurut sutradara film Syamsul B Adnan di sela-sela pelatihan Peningkatan Kualitas Produksi Film 2012, Selasa (23/10), penambahan gedung bioskop tidak akan mampu mengangkat potensi film Indonesia selama teknologi yang digunakan adalah teknologi proyektor. Dengan proyektor, yang mampu mengisi film adalah distributor film besar karena mahal.
”Jangan sampai nanti penambahan gedung bioskop hanya menjadi kepanjangan tangan
Penambahan gedung bioskop, lanjutnya, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mengangkat potensi sineas lokal asalkan berteknologi digital. Di daerah, sekarang ini bermunculan komunitas film yang mampu memproduksi film-film pendek berkualitas.
Di Yogyakarta dan Probolinggo, misalnya, kegiatan festival film lokal sudah sering dilaksanakan.
Pengalamannya selama mengadakan lokakarya film untuk anak-anak SMA, kualitasnya ternyata jauh lebih bagus daripada sinetron di televisi. ”Kalau bakat-bakat seperti itu tidak bisa diangkat, itu salah siapa? Sistem yang tidak memberikan mereka ruang,” ujar Syamsul.
Untuk memajukan perfilman nasional, Harry Dagoe, produser dan sutradara, menambahkan, pemerintah perlu memberi