Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Abu Anak Krakatau Ramai Dibahas

Kompas.com - 07/09/2012, 11:05 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Meskipun erupsi Gunung Anak Krakatau berkurang, dampak letusannya hingga kini masih ramai dibicarakan. Polemik soal abu vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terbawa jauh hingga ke Bandar Lampung ramai dibicarakan masyarakat, khususnya di dunia maya. Masyarakat di Bandar Lampung sempat dibuat resah dan bingung soal kemunculan hujan abu yang terjadi pada Minggu (2/9/2012) dan Senin (3/9/2012), tepat saat Gunung Anak Krakatau meletus cukup kuat.

Kebingungan terutama terjadi karena ketidaksepahaman lembaga resmi pemerintah untuk menjelaskan asal partikel abu itu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lampung menyebutkan abu itu adalah material vulkanik dan berasal dari Gunung Anak Krakatau. Sebaliknya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang merupakan institusi berkompeten dalam urusan bencana gunung berapi justru membantahnya.

"Ini yang benar yang mana?" tanya Macucu, seorang kaskuser dalam diskusi yang intens di situs Kaskus. "Untuk kejadian seperti ini saja info simpang siur, apalagi kalau sampai terjadi perang?" sindir kaskuser lainnya. Sahril, warga Bandar Lampung, mengkritik keras PVMBG. Menurut dia, PVMBG tidak bisa begitu saja terburu-buru memastikan abu bukan berasal dari Gunung Anak Krakatau, melainkan dari abu kebakaran hutan.

"Memang pas kejadian mereka betul-betul mantau? Saat gunungnya batuk malam hari apa kelihatan debunya beterbangan, dan apa ketinggiannya bisa dipastikan, kok yakin hanya 400 meter? Apa sudah dibuat pemodelan sebaran debu berdasarkan tiupan angin?" papar Sahril. Gunawan, staf BPBD Lampung, mengatakan, perilaku alam tidak sepenuhnya bisa dipahami manusia. Ia menyayangkan sikap PVMBG yang telanjur yakin dan bersikeras abu Anak Krakatau tidak sampai di Lampung, padahal belum melakukan pengamatan dan penelitian terkait hal itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com