Kediri, Kompas -
”Hutan terbakar sejak Rabu sore, tetapi baru dapat dicek Rabu malam sekitar pukul 23.30,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Edi Purwanto ketika dihubungi, Kamis kemarin. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Kebakaran melanda petak 148 di kawasan Resor Pemangkuan Hutan Besowo. Api cepat membesar karena hutan didominasi semak dan pohon kaliandra yang mudah terbakar. Kebakaran di lokasi terjal hingga 90 derajat.
Menurut Advid Rollick, dari bagian Humas Perum Perhutani Jatim, sebagian besar hutan di Jatim rawan terbakar, terutama di hutan jati di Gunung Lawu dan Kawi. Kawasan puncak Gunung Sindoro juga kering. Kondisi vegetasi alang-alang dan semak belukar rentan terbakar.
Di Bandung, kebakaran di Gunung Papandayan, 30 kilometer barat daya kota Garut, dapat dikendalikan. Kepala Urusan Humas Perhutani Garut Jaenal Abidin menjelaskan, luas areal kebakaran 5-10 hektar.
Di semua gunung, pemadaman api dilakukan manual, menggunakan air ataupun sekat bakar. Akses ke lokasi sangat berat.
Musim kemarau Agustus ini sangat kering. Selain memicu kebakaran di hutan/lahan dataran rendah, kebakaran mengintai wisata pegunungan di Jawa.
Pihak Perhutani siaga mengantisipasi kebakaran hutan yang mereka kelola. ”Selama Lebaran tak ada yang cuti. Siaga kebakaran,” kata Mustoha Iskandar, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Pengembangan Usaha Hutan Rakyat Perhutani.
”Lokasi kebakaran biasanya di daerah pendakian, di lereng atau puncak, karena puntung rokok atau api unggun,” kata Mustoha.
Secara terpisah, Kurnia Rauf, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan, mengatakan, Pulau Jawa bukan prioritas pencegahan kebakaran nasional. Prioritas di Riau, Jambi, Sumsel, Sumut, seluruh Kalimantan, dan Sulawesi.
”Untuk (kebakaran) di Jawa, koordinasinya antara Dinas Kehutanan daerah dan Perhutani. Kami lebih ke lintas negara, terutama ASEAN,” ujarnya.