Menurut Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (AL) Batam Kolonel Laut Nurhidayat, kapal yang tenggelam itu diawaki tujuh orang. Awak kapal yang bernama Rahman (25), Mashuri (32), dan Taufik Hidayat (23) bisa keluar sebelum kapal itu tenggelam. ”Mereka diselamatkan kapal patroli TNI AL,” ujarnya.
Kapal patroli TNI AL dikerahkan setelah mendapatkan kabar permintaan bantuan yang disampaikan awak kapal melalui telepon seluler dan radio setelah lambung KM Indra Jaya pecah. ”Tiga awak kapal ditemukan terapung,” ujarnya. Nasib awak kapal lainnya, yakni Raja Fatahillah, Robin Sirait, Zulkifli Saragih, dan Heng Lam, tak diketahui.
Rahman mengatakan, KM Indra Jaya berbobot mati 188 ton itu tengah membawa 6.100 zak semen atau setara 122 ton. Kapal itu juga mengangkut 90 tangki kosong yang rencananya untuk mengangkut minyak goreng dari Jambi. Kapal meninggalkan Pelabuhan Kabil, Batam, Sabtu lalu. Di tengah jalan, kapal dihantam ombak setinggi 3,5 meter sehingga lambung kapal pecah.
Rahman selamat sebab sempat menyambar pelampung. Taufik dan Rahman berpegangan pada tangki kosong.
Minggu di Surabaya, Jawa Timur, Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Soeparno menegaskan, penyebab kecelakaan dalam latihan SAR di perairan Situbondo, Jatim, Sabtu, yang menewaskan dua perwira Satuan Kapal Selam Armada TNI AL Kawasan Timur masih dalam penyelidikan. Kedua korban mendapat kenaikan pangkat anumerta.
”Masih diteliti. Dua orang sebelumnya berjalan aman dan lancar,” kata Soeparno. Kecelakaan itu menewaskan Letnan Kolonel (T) Eko Idang Prabowo dan Laksamana Pertama (P) Jeffry Sanggel. Kegiatan itu merupakan latihan beberapa satuan untuk operasi penyelamatan kapal selam KRI Cakra 401 yang diskenariokan tenggelam. Kedua korban sudah dimakamkan.
Pada 2008, sebuah tank milik Marinir TNI AL juga tenggelam di Situbondo. Enam prajurit TNI AL tewas.