Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesulitan Air Bersih, Warga Konsumsi Air Kubangan

Kompas.com - 27/05/2012, 22:09 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com -- Karena sulitnya mendapatkan air bersih, warga Desa Sainoni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa harus konsumsi air kubangan yang kotor dan menjadi tempat minum ternak warga.

Air kotor dalam kubangan itu berasal dari air hujan yang dipakai warga untuk minum, mencuci dan mandi. Pasalnya, sumber air bersih, jaraknya lebih dari empat kilometer dari pemukiman warga, itupun debitnya terbatas. "Kami terpaksa ambil air di sini meskipun kotor dan berasal dari air hujan, karena jaraknya dekat dengan rumah kami. Di sini semua warga sulit untuk dapatkan air bersih. Kalau mau ambil air bersih kami harus berjalan jauh sampai sungai yang jaraknya empatkilo," kata Susana Abi, Minggu (27/5/2012).

Lanjut Abi, kalau mereka ke sungai paling hanya untuk mandi saja, sedangkan kalau airnya dibawa pulang untuk minum, paling hanya dua jeriken ukuran 5 liter saja. Sementara itu, menurut Mikhael Sasi, kepala dusun desa setempat, mengaku kalau banyak warga yang terkena penyakit kulit seperti, panu, kudis dan kurap akibat mandi air di dalam kubangan itu.

"Mau bagaimana lagi, kita terpaksa pakai air itu karena untuk mendapatkan air bersih sangat susah, padahal air sangatlah penting sebagai sumber kehidupan dan akibatnya banyak warga yang terkena penyakit kulit," jelas Sasi.

Terkait dengan itu, Kepala Desa Sainoni, Gaudensius Abi, mengatakan usulan air bersih yang diajukan kepada pemerintah daerah Kabupaten TTU sudah dilakukan dan dalam tahun ini akan direalisasi, selain itu juga bantuan dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) dipastikan dalam akhir tahun 2012 ini sudah ada.

"Kemungkinan bulan September atau Oktober tahun 2012 program air bersih dari pemerintah daerah maupun beberapa LSM kemungkinan direalisasi, tetapi kalau belum kita mengharapkan kepada pemerintah pusat untuk memperhatikan hal ini," jelas Abi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com