SALATIGA, KOMPAS
”Idealnya, tiap satu desa ada satu penyuluh. Dulu sudah terpenuhi. Kini tidak bisa. Satu penyuluh harus menangani minimal tiga desa karena terus berkurang. Bagaimana bisa maksimal,” kata Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Bibit Waluyo, seusai acara Temu Penyuluh Jateng di Kota Salatiga, Jateng, Rabu (29/2).
Bibit tidak menampik fakta makin berkurangnya tenaga penyuluh berkaitan dengan masalah pendapatan mereka yang terbatas. ”Saya setuju penyuluh harus dilindungi dan diayomi agar penyuluh tidak habis. Ini harus menjadi perhatian pemerintah pusat. Saya sudah pernah menyampaikan mengenai masalah ini, tetapi sepertinya belum ada kebijakan yang mendukung,” ucapnya.
Pemerintah daerah menyiasati minimnya tenaga penyuluh itu melalui kerja sama dengan pihak swasta ataupun lembaga nonpemerintah.
Salah satu anggota Sarjana Membangun Desa yang banyak mendampingi penyuluh, Eko Dodi Pramono, meminta Gubernur lebih memerhatikan kesejahteraan penyuluh pertanian dan meningkatkan kompetensinya.
Kepala Bidang Usaha Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jateng Agus Yuwono mengungkapkan, kesulitan pemerintah daerah mengatasi permasalahan penyuluh pertanian lapangan karena kewenangan itu ada di tangan pemerintah pusat.