Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perahu Penolong Sempat Khawatir Jembatan Runtuh Lagi

Kompas.com - 27/11/2011, 16:23 WIB

TENGGARONG, KOMPAS.com - Saat jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong rubuh Sabtu (26/11/2011) tidak semua korban bisa segera ditolong. Pasalnya beberapa perahu tradisional yang disebut ketinting, takur mendekat karena khawatir jembatan runtuh lebih dalam.

Itulah yang dialami jamaludin, mengingat detik-detik saat ia berusaha tetap mengapung agar dapat terlihat orang-orang di atas ketinting. Namun, perahu-perahu ketinting yang berada di tepian sungai selama beberapa saat belum berani mendekat untuk menolong korban yang mengapung.

Jamaludin tidak sepenuhnya menyalahkan para pemiliki perahu ketinting karena situasi saat itu memang sangat mencekam. Masih ada kekhawatiran, pilar jembatan akan runtuh.

"Saya lihat banyak perahu ketinting di tepi sungai. Tapi tidak ada yang mendekat. Memang wajar juga, karena posisi pilar juga sudah miring, takut tumbang malah menimpa perahu," kata Jamaludin yang tinggal di jalan Mangku Raja RT 28 ini lirih.

Menurutnya, saat itu yang dipikirkannya adalah tetap bisa mengapung dan tidak tenggelam. "Sampai saya sudah mulai pusing karena banyak kemasukan air. Tapi saya masih ingat, sebuah perahu ketinting mendekati saya. Di dalamnya sudah ada seorang perempuan yang juga korban. Saya langsung pingsan dan waktu sadar sudah di rumah sakit," kata Jamaludin.

Jamaludin yang bekerja sebagai seorang tenaga honorer di sebuah instansi pemerintahan Tenggarong mengaku trauma melewati jembatan. Karena kejadian itu masih terbayang jelas dibenaknya.

"Padahal saya setiap Sabtu dan Minggu ke Tenggarong seberang bekerja sampingan. Saya trauma, melihat korban lain mengapung, suara jembatan runtuh masih terbayang jelas. Apalagi saya ketika itu menggunakan sepeda motor dan berada di tengah jembatan. Semua saya perhatikan dengan jelas," kata Jamaludin.

"Kalau ingat semua peristiwa, tali jembatan menghempas-hempas kemudian tenggelam. Saya sudah berpikir tidak akan selamat lagi. Ini adalah belas kasihan Tuhan, saya mau hidup lebih baik dengan kehidupan yang diberikan kepada saya ini," kata Jamaludin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com