Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter: Sisik Rohim Bukan dari Virus

Kompas.com - 09/08/2011, 07:43 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Rohim Wahyuni (3,5), bocah yang menderita kulit bersisik, putra almarhum Wariono (35) dan Sulistiyorini (26), warga Dusun Bocok, Desa Pondok Agung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sudah dibawa ke rumah sakit Saiful Anwar, Malang, Senin (8/8/2011).

Ditemani sang ibu dan sejumlah kerabat, Rohim menjalani pemeriksaan awal di ruang di ruang Poli Penyakit Kulit dan Kelamin, RSSA Malang. Mereka datang dengan diantar petugas dari Puskesmas Kecamatan Kasembon. Dokter yang menangani Rohim adalah dr Arif Widiantmoko.

Menurut dr Arif Widiatmoko, berdasarkan pemeriksaan awal, kesehatan Rohim diperkirakan mengalami gangguan. Salah satunya dilihat dari berat badannya 10,9 kg, jauh dari bobot normal bayi seusianya.

"Pada kondisi bayi normal, di usia 3 tahun, seharusnya berat badannya minimal 15 kg. Makanya pasien ini akan kami periksa lebih lanjut, sehingga harus dirawat inap di sini," kata dr Arif Widiatmoko, yang memeriksa Rohim.

Arif belum bisa memastikan berapa lama observasi terhadap bocah malang itu. Saat ini yang sedang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta di tubuh Rohim.

Menurut dokter spesialis lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, Rohim memang positif menderita penyakit genetis yang disebut Lamellar Ichthyosis atau "penyakit sisik ikan", karena terjadi penebalan kulit.

"Penyakit ini merupakan penyakit turunan. Tidak disebabkan virus atau penularan dari lingkungan sekitarnya," jelasnya.

Dokter yang bertugas sebagai staf medis fungsional (SMF) ini menyatakan, penyakit ini muncul sejak lahir. Biasanya, saat lahir bayi tersebut kulitnya seperti dilapisi plastik. "Kondisi tersebut, akan terus terjadi seumur hidup, karena penyakit genetis sulit disembuhkan," katanya.

Selama proses rawat inap, Rohim juga akan menjalani pemeriksaan mata, serta telinga. Khusus pemeriksaan mata, difokuskan pada kondisi mata yang sulit terpejam. Sementara untuk telinga, akan dilakukan pemeriksaan oleh ahli THT, mengingat saat ini daun telinganya mengalami kontraktur atau penarikan yang disebabkan oleh penebalan kulit.

Penanganan medis yang bisa dilakukan, jelas Arif, hanyalah dalam bentuk simtomatik. Yakni penanganan terhadap keluhan pasien. Berupa, hidrasi atau penambahan kadar air pada kulit.Pelembaban kulit, dengan pemberian pelembab atau dengan minyak kelapa.

Kepada Kompas.com, Sulistyorini mengaku sudah pasrah melihat kondisi anaknya. Dia hanya membutuhkan bantuan untuk biaya rumah sakit Rohim. "Saya hanya bisa berharap, anaknya bisa sembuh dengan dibiayai Jamkesda. Kami sangat membutuhkan bantuan biaya. Selama ada di rumah sakit, kami tak ada biaya untuk kebutuhan kami. Semoga ada orang yang bersedia membantu kami," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com