Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Gurame Mulai Ditinggalkan

Kompas.com - 09/05/2011, 20:38 WIB

PURBALINGGA, KOMPAS.Com - Peternakan ikan gurame mulai ditinggalkan para pembudidaya di Purbalingga, Jawa Tengah, karena harganya anjlok dan rentan terhadap penyakit. Mereka kini beralih membudidayakan ikan nila dan lele yang perputaran uangnya lebih cepat serta lebih ta han terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem.  

 

Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purbalingga, Siswanto, Senin (9/5), mengatakan, banyaknya persoalan yang dialami dalam budidaya gurame menyebabkan para peternak ikan berpikir ulang. "Harga gurame sedang tidak bagus, padahal masa pembesarannya lama sehingga ongkos produksinya relatif lebih tinggi. Belum lagi penyakitnya juga banyak sehingga banyak benih yang mati," ujarnya.  

 

Harga ikan gurame di Purbalingga yang sebelumnya Rp 28.000 per kilogram (kg), sejak akhir tahun lalu sempat anjlok sampai menjadi Rp 23.000 per kg. Beberapa hari ini harga kembali naik hingga menjadi Rp 25.000 per kg.  

 

Siswanto mengakui, kecenderungan para petani ikan beralih membudidayakan nila dan lele. Selain harganya yang bagus, permintaan pasar untuk dua komoditas itu lebih tinggi. Apalagi kedua jenis ikan ini relatif tahan penyakit dan mudah pemeliharaannya.  

 

Namun pemasaran nila dan lele masih di sekitar lokal Purbalingga. Berbeda dengan gurame yang selama beberapa generasi berhasil menguasai pasar di Jawa Tengah, bahkan hingga ke Jakarta dan Bandung. Dibandingkan dengan produksi daerah lain, gurame hasil budidaya peternak Purbalingga punya kelebihan tak berbau lumpur atau tanah dan dagingnya lebih gurih.  

 

Penurunan minat pembudidaya gurame dikhawatirkan menyebabkan penurunan poduksi gurame sebagai salah satu komoditas perikanan unggulan Purbalingga. Data Dinas Peternakan dan Perikanan Purbalingga menyebutkan, produksi gurame pada 2009 mencapai 2.130 ton, sedangkan pada 2014 ditargetkan 2.600,5 ton.  

 

Lebih prospektif

Ketua Kelompok Tani Ternak Mina Dipakerti I, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Umar Thoyib, mengatakan, komoditas lele memang sudah lama diminati petani, terlebih lagi dengan menjamurnya warung makan pecel lele. Masyarakat juga lebih suka ikan lele, karena harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan gurame.  

 

Saat ini, harga ikan lele berkisar Rp 15.000-Rp 16.000 per kg, sedangkan ikan nila Rp 17.000-Rp 18.000 per kg. "Ikan nila di kalangan para pembudidaya memang sedang diminati, karrena perputaran produksinya lebih cepat. Ini yang menarik bagi petani," tambahnya.  

 

Menurut Umar, prospek bisnis ikan lele dan nila memang relatif semakin bagus. Namun dua jenis ikan tersebut sangat bergantung pada jenis pakan pelet. Pada gurame, pelet bisa diganti dengan daun keladi, sehingga dampak buruk akibat fluktuasi harga pakan masih dapat diantisipasi.  

 

Mujahid (54), salah satu pembudidaya ikan nila, mengakui, sebelumnya ia sempat beternak gurame. Namun sejak akhir tahun lalu, ia beralih beternak nila karena dari potensi panen gurame sebanyak 20 ton pada bulan Desember lalu, sekitar 70 persennya mati terserang parasit. Ikan gurame lebih banyak terjangkit parasit jika iklim di sekitarnya dingin.   

 

"Mulanya, pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan juga jadi pucat dan tubuhnya berlendir dan akhirnya mati . Kalau lele dan nila lebih tahan iklim," kata Mujahid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com