Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6.025 Pemuda Membatik di Solo

Kompas.com - 30/04/2011, 20:08 WIB

SOLO, KOMPAS.com — Sebanyak 6.025 pemuda di Kota Solo, Jawa Tengah, memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri), membatik dengan peserta terbanyak. Mereka membatik aneka motif di lembaran kain mori sepanjang total 2,5 kilometer.

Kegiatan yang diadakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI ) Jawa Tengah itu berlangsung di halaman Balaikota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/4/2011) mulai pukul 08.30 WIB. Ribuan siswa SD, SMP, SMA, para guru, dan para pemuda membatik dengan canting modifikasi berbentuk botol yang berisi cairan malam dingin.

Manajer MURI Sri Widayati mencatat, kegiatan itu diikuti oleh 6.025 orang, yang berarti memecahkan rekor membatik massal di Bantul, DI Yogyakarta, tahun 2010 lalu. Saat itu, peserta yang ikut membatik berjumlah 2.500 orang.

Peserta kegiatan membatik massal, Oksi (15), dari SMP Negeri 19 Surakarta, mengaku senang ikut membatik bersama ribuan siswa lain. Oksi, yang membuat motif burung garuda, mengatakan baru pertama kali membuat batik.

"Ternyata seru juga membuat batik. Selama ini hanya tahu caranya, tetapi belum pernah mencoba. Sayangnya enggak pakai diwarnai batiknya," tuturnya.

Senada dengan Oksi, Hanan (14) dari SMP Negeri 2 Surakarta menuturkan, membuat batik merupakan pekerjaan yang sulit karena membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Ia merasakan hal itu ketika membuat motif parang yang divariasi dengan bunga-bunga.

"Saya sudah pernah buat batik sebelumnya. Prosesnya lama sekali untuk membuat satu helai kain batik. Makanya harganya mahal," kata Hanan.

Hanan juga mengaku bangga bahwa batik sudah diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sebagai wujud kecintaannya pada batik, Hanan mengenakan batik di berbagai kesempatan.

Ketua KNPI DPD Jateng Novita Wijayanti mengatakan, kegiatan itu diadakan dalam rangka memeringati Hari Kartini yang jatuh tanggal 21 April lalu. Acara itu juga sebagai bukti nyata keberadaan organisasi pemuda KNPI.

"Selain membenahi kepengurusan internal, kami ingin keberadaan KNPI dapat dirasakan masyarakat. Bahwa pemuda juga memiliki karya nyata. Dalam hal ini, kami ingin mengapresiasi apa yang sudah ada, yaitu batik yang sudah diakui dunia," ujar Novita.

Di balik lembaran kain batik yang mendunia itu, kata Novita, adalah perempuan-perempuan Indonesia yang membuatnya. Menurut dia, hal itu adalah bukti bahwa perempuan Indonesia penuh dengan kreativitas dan pekerja keras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com