Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Berkah Penarik Gerobak

Kompas.com - 29/03/2011, 08:32 WIB

DEMAK, KOMPAS.com — Bagi warga di Jakarta dan daerah-daerah sekitarnya, seperti Bekasi dan Ciledug, Tangerang, pemandangan yang terjadi di Desa Ploso, Kecamatan Karang Tengah, Demak, ini bukan hal yang aneh lagi.

Setiap kali datang banjir dan jalan raya terputus akibat genangan air yang tinggi, maka jasa penyeberangan orang dan kendaraan dengan menggunakan gerobak dorong pun bermunculan. Hal itu pula yang terjadi di Demak, Jawa Tengah.

Banjir akibat meluapnya Sungai Tuntang yang melanda Desa Ploso mencapai ketinggian 50 hingga 70 cm. Penduduk desa setempat yang mencapai 5.000 jiwa dan juga warga sekitar yang akan melintas pada umumnya mengalami kesulitan akibat bencana musiman ini.

Beruntung, banjir kali ini dilaporkan tidak sampai merendam rumah warga. Apalagi, warga telah mengantisipasi datangnya banjir tahunan ini dengan membuat rumah panggung setinggi 1,5 meter.

Namun, banjir tetap menyebabkan sejumlah ruas jalan di desa tersebut tergenang air, termasuk jalan utama di Dukuh Kalitageh, yang berada di tikungan bantaran Sungai Tuntang.

Padahal, jalan beton sepanjang 200 meter tersebut merupakan jalan vital bagi lalu lintas warga Desa Ploso dan desa-desa lainnya, seperti Turitempel, Tlogorejo, Sidoarjo, Trimulyo, Bumiharjo, dan Grogol, dengan pusat kota Demak. Akibatnya, aktivitas ataupun transportasi warga terganggu, dan juga menghambat akses perekonomian warga.

Namun, tidak semua warga Desa Ploso memandangnya sebagai bencana. Banjir yang kerap terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun itu dianggap hal yang biasa. Bahkan, banjir justru menjadi berkah lewat gerobak dorong tersebut.

Untuk warga yang ingin melintas, gerobak atau songkro disediakan sebagai pengganti perahu yang tidak hanya bisa membawa orang, tetapi pun sepeda motor yang tak bisa menembus banjir. Untuk satu orang dikenai tarif Rp 2.000, dan kalau bersama sepeda motor biayanya Rp 5.000.

Ali Sodikin, salah satu penarik gerobak, Senin (28/3/2011) kemarin, mengatakan, dengan adanya jasa penyeberangan, seperti yang dilakukannya bersama 10 teman lainnya, mampu terbukti membantu warga yang akan beraktivitas. "Banjir memang membawa rezeki," kata Ali. "Tapi kami juga capek juga karena harus berjuang melawan derasnya air. Hasilnya sekadar buat beli rokok," kata Ali lagi.

Sungai yang bermuara di pantai utara Jawa itu telah mengalami sedimentasi tinggi sehingga tidak mampu menampung kiriman air dari wilayah Kabupaten Semarang dan Salatiga. Menurut kepala desa setempat, Muhajir, sedimen lumpur yang terbawa dari daerah hulu sungai menyebabkan hilir sungai tuntang menyempit.

Saat elevasi sungai tuntang meningkat tajam dan daerah hulu curah hujannya tinggi, maka sungai tidak mampu menampung air. Alhasil, air meluap ke desanya dan masuk ke permukiman penduduk serta menggenangi jalan-jalan desa. "Meski Demak tidak hujan, jika daerah atas atau hulu sungai turun hujan lebat, maka Desa Ploso akan kebanjiran," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com