Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Massa Penyerbu Terorganisasi Baik

Kompas.com - 12/02/2011, 04:03 WIB

Jakarta, Kompas - Massa yang menyerang jemaah Ahmadiyah, yang mengakibatkan tiga orang tewas di Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu lalu, diduga terorganisasi baik. Mereka berasal dari luar daerah, memakai tanda pengenal, bergerak dengan serangan terpola, dan diperkirakan memperoleh imbalan.

Temuan sementara itu disampaikan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Yoseph Adi Prasetyo, di Jakarta, Jumat (11/2). Temuan itu didasarkan pada beberapa fakta di lapangan, keterangan sejumlah saksi, serta video rekaman. Video itu mengabadikan beberapa adegan penyerangan dengan durasi sekitar 30 menit.

Yoseph Adi menjelaskan, massa terorganisasi dalam tiga lapis kelompok dengan tanda pita. Ada kelompok yang memakai pita hijau sebagai pengarah, pita biru sebagai simpul massa, dan pita yang disembunyikan di lengan kiri yang menjadi massa penyerang. ”Jadi, ada identifikasi jelas mana kelompok penyerang dan mana yang diserang,” katanya.

Komnas HAM saat ini terus mengumpulkan, mengkaji, dan memperdalam fakta lain dalam kasus ini lewat tim investigasi khusus. Tim terdiri dari Yoseph Adi Prasetyo, M Ridha Saleh, Ahmad Baso, Nur Kholis, dan Ketua Setara Institute Hendardi. Investigasi dimulai dan dijadwalkan tuntas dalam tiga bulan.

Yoseph Adi menegaskan, dugaan sementara, kekerasan di Cikeusik adalah rekayasa. Massa didatangkan dari luar Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Cikeusik. Kemungkinan ada yang mendanai. ”Kami mengantongi nama dan organisasi yang menyerang jemaah Ahmadiyah. Saat kami cocokkan, ternyata sama dengan hasil temuan polisi. Namun, semuanya masih dicek,” katanya.

Komnas HAM juga mengkaji kemungkinan keterlibatan level bawah polisi berupa pembiaran atas penyerangan yang sebenarnya bisa dicegah. Jumat pekan lalu, polisi mengetahui adanya intensi penyerangan. Sabtu, tokoh Ahmadiyah di Cikeusik, Suparman, diungsikan. Pada 6 Februari, sekitar 110 personel polisi dikerahkan. Namun, saat kejadian, sebagian polisi itu malah lari.

”Seperti terlihat dalam video, ketika terjadi kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah, polisi justru menonton. Padahal, semestinya dihentikan. Polisi bisa pakai tembakan peringatan tiga kali. Jika belum terhenti, mungkin pakai tembakan ke kaki,” katanya.

Secara terpisah, Wakil Ketua Komnas HAM M Ridha Saleh menjelaskan, Komnas HAM meminta keterangan saksi mata sekaligus perekam kekerasan di Cikeusik dengan video berinisial A. Perekam didatangkan dari Pandeglang ke Komnas HAM bersama pengacaranya, Kamis. Ia lalu dimintai keterangan.

Kamis malam, perekam itu menginap di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Jumat pagi, ia didatangkan lagi ke Komnas HAM dan siang hari diantar ke Kepala Badan Reserse Kriminal Polri. Ia tidak masuk daftar pencarian orang (DPO/buron), tetapi diminta untuk tidak tampil dan memberikan keterangan kepada publik demi keamanannya.

Kepala polda diganti

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com