Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Longsor, Medan-Berastagi Macet

Kompas.com - 27/12/2010, 03:13 WIB

Medan, Kompas - Arus lali lintas Medan-Berastagi dan sebaliknya macet selama Natal 2010 dan mungkin juga saat perayaan Tahun Baru 2011 nanti. Penyebab utamanya adalah lonsornya jalan di Jalan Jamin Ginting Kilometer 26, yang hingga Minggu (26/12) belum diperbaiki.

Pada Sabtu arus kendaraan dari Medan ke Berastagi mulai macet pada pukul 10.00. Adapun dari arah sebaliknya lebih lancar. Kemacetan mulai terlihat di Jalan Jamin Ginting Kilometer 19. Kendaraan melaju pelan rata-rata 15 kilometer per jam. Perjalanan ke Berastagi yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam sampai 2 jam itu molor menjadi 3 jam. Kondisi tersebut terjadi hingga pukul 16.00.

Malam harinya, arus kendaraan dari Berastagi ke Medan yang macet parah, sementara dari arah Medan lebih lancar. Antrean mobil dari arah Berastagi memanjang hingga sekitar 10 kilometer. Kendaraan yang didominasi mobil itu hanya bisa melaju tak lebih dari 10 kilometer per jam. ”Baru kali ini saya pulang dari Berastagi ke Medan butuh waktu 4 jam,” keluh Yudhi yang berlibur ke Berastagi bersama keluarga dan tetangganya.

Dia pulang dari Berastagi pukul 18.15 dan baru sampai Medan sekitar pukul 22.20. Dari Sibolangit hingga Pancur Batu saja, dia membutuhkan waktu tempuh 2,5 jam karena tertahan kemacetan.

Kemacetan itu terjadi lantaran badan jalan di Jalan Jamin Ginting Kilometer 26 longsor hingga tinggal setengahnya. Kondisi tersebut membuat jalan hanya bisa dilalui satu mobil sehingga polisi menerapkan sistem buka tutup. Longsor tersebut terjadi sejak sepekan lalu, tetapi belum ada perbaikan.

”Pemerintah punya waktu yang cukup untuk memperbaiki jalan. Minimal mengurangi potensi kemcetan, tetapi tidak mereka lakukan apa-apa,” papar Rahmad Karokaro, warga.

Meskipun jalan menuju Berastagi rusak, pengunjung beberapa tempat wisata di Berastagi tetap ramai, seperti terlihat di Bukit Gundaling. Jumlah pengunjung diperkirakan mencapai tiga kali lipat dari hari biasa.

Penyewa delman, Gunawan (29), menjelaskan, dalam sehari setidaknya ada enam sampai sembilan orang yang naik delmannya. Hari-hari biasa hanya dua atau empat yang menyewa delman miliknya. Sekali naik, pelanggan membayar uang sewa Rp 25.000. ”Lumayan, masih bisa bawa pulang uang Rp 100.000 atau lebih sedikit. Sisanya kami setor ke pemilik delman. Kami hanya pekerja,” ujarnya. (MHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com