Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatim Agusdin Fariedh menyatakan, beras impor itu hanya transit di Surabaya. ”Penyaluran tergantung kebutuhan dan untuk impor kali ini ditujukan bagi Jawa Tengah karena stok yang ada sekarang terus menipis,” katanya di Surabaya, Kamis (23/12).
Proses administrasi di pelabuhan telah selesai sehingga Jumat (24/12) sore muatan akan dibongkar. Selanjutnya beras disimpan di gudang sebelum dikirim ke Jawa Tengah di antaranya Semarang dan Kedu. Pembongkaran dilakukan, ujar dia, dengan catatan cuaca dalam keadaan baik.
Gudang yang sudah disiapkan untuk menampung beras impor berada di Buduran, Sidoarjo; Japanan, Pasuruan; serta Soka dan Gunung Gedangan, Mojokerto. Pihaknya juga menyiapkan gudang cadangan di Probolinggo dan Kediri. Persiapan itu seiring rencana mengimpor 250.000 beras dari Vietnam dan Thailand yang dilakukan bertahap.
Selain Jateng, daerah yang memerlukan pasokan beras impor biasanya di daerah konvensional yaitu kawasan Indonesia timur, beberapa daerah di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, juga Bali. ”Alokasi beras impor bukan untuk Jatim karena kebutuhan sudah terpenuhi,” tuturnya.
Sebagai langkah antisipasi kebocoran, Bulog Divre Jatim bersama pihak yang kompeten membentuk Tim Pengawas Distribusi Beras Impor.
Mereka menerapkan beberapa persyaratan untuk mengeluarkan beras impor dari gudang, termasuk di antaranya menyangkut administratif. ”Kami berharap cara demikian cukup efektif mencegah peredaran beras impor di Jatim,” kata Agusdin.
Orang yang berwenang mengeluarkan beras dari gudang, antara lain Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Biro Perekonomian, juga polisi dan bea cukai. ”Hal ini sebagai bentuk pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran,” ujar Agusdin.
Umumnya waktu untuk penyaluran beras impor ke daerah tujuan berlaku selama setahun. Akan tetapi, dia memperkirakan penyaluran beras impor tak akan memakan waktu selama itu. ”Sebab peruntukan beras impor kali ini sudah jelas ke Jateng,” tuturnya.
Stok beras di Jatim sekarang berkisar 122.000 ton. Jumlah itu cukup untuk kebutuhan 2,5
Agusdin memperkirakan cuaca tidak menentu yang didominasi hujan tidak berimbas panen Maret 2011. Rata-rata setiap panen beras yang dihasilkan mencapai lima sampai enam kuintal per hektar.