Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Migrant Care: Jangan Pojokkan TKI!

Kompas.com - 18/11/2010, 10:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, pernyataan bahwa tindak kekerasan yang menimpa tenaga kerja Indonesia berkaitan dengan ketidakterampilan mereka adalah pernyataan yang tak relevan. Tindak kekerasan yang menimpa TKI, seperti yang dialami Sumiati binti Salan Mustapa (23) di Arab Saudi, terjadi karena pemerintah gagal memberikan proteksi hukum.

"Sebaik apa pun, jika di negara penempatan, seperti Arab Saudi, tak memiliki nota kesepahaman bersama tentang perlindungan TKI, tenaga kerja kita tetap berpotensi mengalami tindak kekerasan. Jika memang TKI tak memiliki keterampilan, salahkan PJTKI. Pasalnya, setiap TKI yang hendak dikirim harus melewati uji kompetensi PJTKI. Jadi, jangan pojokkan TKI," kata Anis ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (18/11/2010).

Sebelumnya, Ketua Komisi I Mahfud Shiddiq meminta pemerintah segera menghentikan pengiriman TKI yang tak memiliki keterampilan. Anis mendorong Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Luar Negeri bertindak proaktif untuk mendorong Kerajaan Arab Saudi menandatangani nota kesepahaman bersama perlindungan TKI berdasarkan prinsip hak asasi manusia dan pekerjaan layak.

Saat ini, sambung Anis, TKI di Arab Saudi tak memiliki perlindungan hukum. Banyak TKI yang dikurung di rumah, tak memiliki hari libur, tak diberikan izin untuk berorganisasi, dan tak memiliki kesempatan untuk melapor ke KBRI ketika mendapat tindak kekerasan dan lainnya. Hal ini perlu segera dituntaskan. "Ini momen bagi kedua negara untuk mengevaluasi kerja sama di bidang ketenagakerjaan," kata Anis.

Anis berharap, pemerintah terus memberikan pendampingan kepada Sumiati ketika menghadapi persidangan nanti. Pasalnya, pada banyak kasus, proses persidangan tak tuntas dan diselesaikan melalui lobi-lobi kekeluargaan.

Anis juga mengaku ragu pada tim yang dibentuk Presiden guna mendampingi Sumiati. "Pada tahun 2008, ada TKI yang dihukum mati, Yanti Iriati. SBY hanya bisa terkejut dan meminta agar jenazah dipulangkan ke Indonesia. Tapi, sampai sekarang jenazah itu masih ada di Arab Saudi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Nasional
    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

    Nasional
    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

    Nasional
    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Nasional
    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Nasional
    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Nasional
    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    Nasional
    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Nasional
    Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

    Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

    Nasional
    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Nasional
    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

    Nasional
    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Nasional
    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Nasional
    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Nasional
    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com