Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polda Papua Usut Tewasnya Wartawan TV

Kompas.com - 01/09/2010, 05:34 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kepolisian Daerah Papua  hingga kini masih terus mendalami kasus tewasnya calon reporter TV Merauke, Ardiansyah Matrais (31) dengan mengumpulkan semua bukti dan keterangan saksi.

Kapolda Papua  Irjen Bekto mengemukakan, pihaknya bukan hanya mengumpulkan data pendukung dengan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta meminta keterangan tambahan dari keluarga.

Polda, lanjutnya, juga berkoordinasi dengan Laboratorium Forensik (Labfor) Makassar untuk mengungkap kasus tewasnya Ardiansyah.

Koordinasi yang dilakukan itu, tidak lain agar bisa mendapatkan lebih cepat hasil beberapa sampel dari korban Ardyansah setelah dikirim. Jika sudah ada hasilnya, diharapkan bisa langsung diketahui penyebab mendasar kematian korban.

Hal itu disampaikan Kapolda Papua Irjen Pol Bekto Suprapto di Jayapura, Selasa (31/8/2010). Kapolda Papua menjelaskan, dari hasil otopsi, kematian almarhum Ardiansyah, tidak ada tanda-tanda kekerasan dan visum dokter belum menyimpulkan penyebab kematian korban.

Akan tetapi pemeriksaan paru-paru almarhum telah menunjukkan positif yang artinya Ardiansyah tewas didalam air bukan tewas  dibunuh baru dimasukkan ke dalam air.

Namun demikian, lanjut Kapolda, pihak penyidik Polda Papua masih terus melakukan penyelidikan terhadap kematian Ardiansyah untuk mengungkap apakah korban dibunuh atau tidak.

"Penyelidikan ini tidak hanya dilakukan oleh Polda Papua, tetapi Mabes Polri juga membantu untuk melakukan penyelidikan," jelas Kapolda Bekto Suprapto.

Kapolda Papua meminta penyidik agar tetap terus mencari penyebab kematian Ardiansyah, apakah kematiannya itu berkaitan dengan pilkada atau tidak.

"Untuk itu, Polda tidak akan pernah berhenti untuk berusaha mengungkap apakah ia dibunuh dan kalau dibunuh maka siapa pembunuhnya," tambahnya.

Ketika disinggung soal teror terhadap para wartawan di Merauke lewat SMS maupun surat, Kapolda menegaskan, soal pengancaman atau teror bisa saja terjadi di mana-mana.

"Kami sudah selidiki, masalahnya adalah untuk mengungkap kasus teror itu membutuhkan alat untuk melacak nomor pengirim tersebut dan alat itu hanya bergantung pada Mabes Polri," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com