Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Warga Eks Timtim Minta Suaka? Mengada-ada!

Kompas.com - 18/03/2010, 20:25 WIB

KUPANG, KOMPAS.com — Ratusan warga eks Timor-Timur (Timtim) yang berniat mengajukan suaka ke Portugal dinilai hanya untuk menarik perhatian pemerintah. 

Salah seorang tokoh warga eks Timtim di Kupang, Armindo Soares, kepada pers di Kupang, Kamis (18/3/2010), mengatakan, prosedur pengurusan suaka berbelit-belit dan tidak mudah disetujui pemerintah negara tujuan. "Warga (eks Timtim) yang minta suaka itu hanya iseng saja, tidak benar," katanya.

Dia mengatakan, permintaan suaka itu tidak berdasar karena tidak ada konflik yang mengancam keberadaan eks pengungsi di Timor bagian barat. Juga tidak ada persoalan dengan pemerintah dan masyarakat NTT. Alasan yang disampaikan eks pengungsi, menurut dia, tidak benar. "Mungkin mereka emosi saja," katanya.

Sebelumnya, warga eks pengungsi yang bermukim di kamp Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, menyampaikan niat untuk meminta suaka ke Portugal. Mereka beralasan tidak mendapat bantuan rumah seperti eks pengungsi lainnya dan memperoleh bantuan dana pemberdayaan ekonomi dari pemerintah.

"Pemerintah Indonesia tidak mampu menangani pengungsi yang masih hidup di kamp, sebaiknya diserahkan saja ke negara ketiga," kata Wakil Pengungsi Antonio Fretes soal alasan yang melatari keinginan untuk meminta suaka. 

Informasi yang diperoleh pers menyebutkan, warga eks Timtim itu kesal karena kehidupan mereka di kamp Tuapukan, sekitar 20 km arah timur Kota Kupang, tidak berubah sejak tiba di Timor bagian barat pada September 1999 lalu. Mereka tetap merana, sulit menyekolahkan anak-anak dan memperoleh akses ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan.

Tokoh eks pengungsi yang juga mantan Wakil Panglima Pasukan Pejuang Integrasi (PPI) Timtim Eurico Guterres, pada peringatan 10 tahun pengungsian rakyat Timtim ke Timor bagian barat 4 September 2009 lalu di Tuapukan menyoroti pembangunan perumahan untuk eks pengungsi yang tidak memerhatikan aspek sosial budaya dan ekonomi.

Dia mencontohkan, selain rumah dibangun dengan bahan-bahan berkualitas rendah, sebagian besar jauh dari akses jalan raya, bahkan jalan menuju ke permukiman pun tidak dibangun, tidak ada pasar, tidak ada sekolah dan sarana kesehatan di dekat permukiman, bahkan di lokasi perumahan tidak ada drainase sehingga lingkungan perumahan berkubang lumpur pada musim hujan.

Akibatnya, banyak warga yang enggan menempati, bahkan ada yang sudah menempati pun memilih kembali ke kamp darurat karena di kamp darurat meskipun bangunan sangat sederhana, beratap daun gewang (sejenis palem Timor) dan juga berdinding pelepah gewang, tetapi mereka bisa berjualan, mudah ke pasar, anak-anak bisa ke sekolah, dan akses ke puskesmas atau puskesmas pembantu mudah dijangkau.

Pengamat masalah pengungsian, John Bernando Seran, SH, MH, yang tengah menyelesaikan studi doktor di Universitas Gadjah Mada dengan mengambil disertasi mengenai penanganan pengungsi di Timor bagian barat, ketika dimintai komentar pun menilai, penanganan eks pengungsi di wilayah itu memang tidak terpadu dan menyeluruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com