Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dieng, Batu Candi untuk Landasan Lahan Pertanian

Kompas.com - 14/03/2008, 18:46 WIB


WONOSOBO, JUMAT - Batu-batu candi yang berserakan di sekitar komplek Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng, tepatnya di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, digunakan oleh sejumlah petani sebagai landasan dan talud lahan pertanian mereka. Salah satunya ditemukan di lahan pertanian warga Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, yang berbatasan langsung dengan komplek candi tersebut.

Batu candi yang agak panjang juga ada yang digunakan sebagai jembatan antar-pematang lahan pertanian sayur petani. Hampir seluruh batu candi yang terserak tak ada yang terawat. Menurut Rusmanto (58), juru kunci pada sejumlah petilasan di dataran tinggi Dieng, Jumat (14/3), mengatakan, luas kompleks situs Candi Arjuna yang masuk di Desa Dieng Wetan sebenarnya memang cukup luas sekitar 93 hektar. Namun sebagian besar lahan situs itu digunakan petani untuk bertani kentang.

"Karena itu, tampaknya jadi banyak batu-batu candi yang terserak di sekitar lahan pertanian warga. Tetapi sebetulnya lahan pertanian itu merupakan kawasan situs candi di Dieng ini," katanya menjelaskan. Tak terawatnya batu-batu candi yang berserakan itu juga disebabkan hampir seluruh masyarakat dataran tinggi Dieng sudah tak ada lagi yang memeluk agama Hindu. "Di sini sudah tak ada warga yang memeluk agama Hindu. Umumnya memeluk agama Islam dan Kejawen," katanya menjelaskan.

Karena itu pula sebabnya ada beberapa patung candi, lanjut Rusmanto, yang pernah dijual warga kepada orang asing. "Sepengetahuan saya, pernah ada dua kali patung candi itu dijual oleh warga kepada orang asing. Penjualan terakhir kali terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Patung candi yang dijual itu memiliki paras seperti dewi," katanya menjelaskan. Meskipun tak ada keterikatan moral maupun emosional terhadap batu-batu candi yang terserak, warga setempat tak ada yang menggunakan batu-batu itu untuk membangun rumah mereka.

Sejumlah warga mengaku takut terkena kekuatan jahat kalau batu itu ada di dalam bangunan rumah mereka. Seperti dituturkan Aminudin (19), petani di Desa Dieng Wetan, para petani memang menggunakan batu-batu itu sebagai landasan maupun talud lahan pertanian. Namun tak ada satu pun yang menggunakan batu-batu untuk membangun rumah karena batu-batu itu dipercaya masih memiliki kekuatan magis. "Tak ada yang berani untuk membawa batu-batu ini ke rumah. Batu-batu ini masih memiliki kekuatan magis. Takut kualat kalau dibawa ke rumah. Makanya dibiarkan saja di sini (lahan pertanian)," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com