SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang diguyur hujan selama tiga hari terakhir. Selama sepekan cuaca di Ibu Kota Jawa Tengah ini terlihat mendung. Padahal saat ini termasuk musim kemarau.
Prakirawan cuaca BMKG Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrullah menjelaskan fenomena ini terjadi lantaran adanya anomali cuaca yang berbeda dari musim kemarau biasanya.
Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Hujan Lebat Saat Kemarau 2024, Wilayah Mana Saja?
"Masih harus kita tanamkan bahwa di musim kemarau pun bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, tetapi ada curah hujan sedikit. Namun dengan adanya peningkatan curah hujan saat ini dapat dikatakan anomali cuaca," jelas Icky saat ditemui di kantornya, Jumat (5/7/2024).
Dia menjelaskan, ada tiga faktor yang mempengaruhi cuaca mendung dan hujan selama beberapa hari terakhir di Jateng.
Bahkan dia memprediksi kondisi hujan di wilayah Jateng ini akan berlangsung sampai pekan depan.
"Jadi berhubunga dinamika atmosfer, fenomena gangguan cuaca yang terjadi ini sifatnya berskala global hingga regional. Untuk saat ini terpantau sedang ada fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif khususnya di Indonesia sehingga akan terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk di Jawa Tengah," ungkapnya.
Kemudian kondisi ini juga didukung dengan aktifnya gelombang atmosfer jenis rossby equatorial dan kelvin yang meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk di Jawa Tengah.
Tak hanya itu, permukaan laut yang cenderung hangat memicu pembetukan awan yang menyebabkan curah hujan.
"Permukaan air laut juga terpantau anomalinya positif, di mana menandakan ketika suhu permukaan air laut itu hangat artinya ada penguapan untuk proses pembentukan awan-awan konvetif di Indonesia. Pada kasus ini karena ada gangguan cuaca, jadi hujannya itu sedikit lebih tinggi dibandingkan saat musim kemarau pada umumnya," ujarnya.
Dengan terjadinya tiga hal tersebut sekaligus, maka curah hujan diprediksi masih akan terus bertambah dan bakal mengguyur wilayah jateng sampai 11 Juli 2024 mendatang.
"Jadi di wilayah Jawa Tengah berpotensi hujan sedang hingga lebat yang bisa disertai kilat, petir, hingga angin kencang," tuturnya.
Baca juga: BMKG Temukan 27 Titik Panas di Sumatera Utara
Kendati demikian, Icky menjelaskan potensi hujan yang bakal terjadi di musim hujan pada sepekan mendatang tidak berpotensi menyebabkan bencana banjir. Pasalnya durasi hujan hanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Dia justru mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan air hujan sepekan mendatang dengan menampung untuk menhadapi kemarau yang masih terjadi sampai September.
"Ini sebenernya salah satu sisi positifnya kesempatan kita untuk menampung air menghadapi puncak musim kemarau. Kalau untuk puncak musim kemarau sendiri biasanya terjadi sampai di bulan September. Jadi kemarau itu biasanya terjadi pada bulan Juni hingga September," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.