Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah MMT Pemilu Capai 14.000 Lembar, DLH Salatiga Minta Parpol Kampanye di Medsos Jelang Pilkada 2024

Kompas.com - 02/07/2024, 08:57 WIB
Dian Ade Permana,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga Sulistyaningsih meminta partai politik dan relawan bakal calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Salatiga tidak menggunakan baliho sebagai media sosialisasi jelang Pilkada 2024.

Hal itu diperlukan untuk mengurangi sampah yang marak terjadi usai gelaran Pemilu/Pilkada.

"Kami sudah berkoordinasi juga dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Salatiga agar memberi arahan ke partai politik. Intinya untuk kampanye melalui sosial media elektronik daripada menggunakan baliho, yang berakibat menjadi sampah yang sulit dikelola," ujarnya saat dihubungi, Selasa (2/7/2024).

Baca juga: Soal Baliho Bersama Kapolda Jateng Ahmad Luthi, Gus Yasin: Saya Juga Masih Mencari Tahu Siapa yang Masang

Sulistyaningsih mengatakan, meski material MMT yang digunakan sebagai baliho tidak termasuk kategori limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), namun bahan tersebut sulit terurai secara alami.

"Akibatnya itu menjadi bahan sampah yang sulit terurai," kata dia.

Pada Pemilu 2024, lanjutnya, petugas mendapati sekitar 14.000 lembar MMT berbagai ukuran.

"Ini menjadi keprihatinan, karena hingga saat ini sampahnya belum kami olah. Karena juga sedang dipisah-pisahkan antara MMT dengan bingkai kayu atau bambunya," ungkap dia.

Baca juga: Kapolda Jateng Sebut Pilkada Akan Lebih Rawan Dibandingkan Pilpres


Baca juga: TPA Piyungan Resmi Ditutup, Bagaimana dengan Pengelolaan Sampah di DIY?

Penertiban atribut berbau kampanye di pohon

Saat ini, lanjut Sulistyaningsih, dilakukan penertiban atribut berbau kampanye MMT yang dipaku di pohon.

Gerakan ini menjadi salah satu upaya meningkatkan kesehatan pohon sehingga diharapkan dapat meningkatkan oksigen yang dihasilkan pepohonan dan mengurangi karbondioksida.

“Salah satu upaya dalam meningkatkan oksigen dan mengurangi CO2 adalah penanaman tanaman di sepanjang jalan. Kalau dipaku, akan mempengaruhi kesehatan tanaman,” ungkapnya.

Baca juga: Bunuh dan Buang Bayi di Tong Sampah, Mahasiswi Magelang Ini Melahirkan Sendirian di Kamarnya

Terpisah, aktivis lingkungan dari Komunitas Soramata Salatiga, Titi Permata menilai pemasangan baliho MMT dengan cara dipaku di pohon, menunjukkan betapa besar ego manusia.

"Ini menunjukkan manusia abai terhadap kehidupan pohon. Luka pada batang pohon berpotensi menjadi jalan masuk kuman penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan atau perkembangannya," jelasnya.

"Paku yg menancap pada kambium pohon, mengganggu proses transport suplai nutrien dari akar ke daun dan distribusi hasil fotosintesa ke seluruh tubuhnya," kata Titi.

Dia mengungkapkan, manusia menikmati seluruh produk dari pohon.

"Kita memetik buah, menikmati indah bunga, kesegaran oksigennya, keteduhan kanopi daunnya tetapi menyakiti sang pohon. Apapun kata-kata maupun kalimat pada baliho tersebut, pada akhirnya berakhir tanpa makna, tak layak dipercaya," tegas Titi.

Baca juga: Jelujur Sulam Karawo, Menopang Identitas Budaya dan Ekonomi Gorontalo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warga Bandung Antusias Ikuti Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam

Warga Bandung Antusias Ikuti Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam

Regional
Pulau Setan di Kawasan Mandeh, Tempat Wisatawan Mencari Ketenangan

Pulau Setan di Kawasan Mandeh, Tempat Wisatawan Mencari Ketenangan

Regional
Melihat Tradisi Oncor-Oncoran di Malam Tahun Baru Islam di Banyuwangi

Melihat Tradisi Oncor-Oncoran di Malam Tahun Baru Islam di Banyuwangi

Regional
Bupati Banyuwangi Dorong Petani Pakai Pupuk Organik

Bupati Banyuwangi Dorong Petani Pakai Pupuk Organik

Regional
Disidik, Dugaan Pungutan Liar Dana BOS SD/SMP di Majene

Disidik, Dugaan Pungutan Liar Dana BOS SD/SMP di Majene

Regional
Pengidap HIV di Aceh Utara Terus Bertambah, Kini Ada 187 Orang

Pengidap HIV di Aceh Utara Terus Bertambah, Kini Ada 187 Orang

Regional
7 Hari Dicari Hanya Perahu yang Pulang, 1 Nelayan Babel Hilang

7 Hari Dicari Hanya Perahu yang Pulang, 1 Nelayan Babel Hilang

Regional
Kronologi Warga Tewas Tertembak Anggota DPRD Lampung Tengah, Berawal dari Tradisi Pernikahan

Kronologi Warga Tewas Tertembak Anggota DPRD Lampung Tengah, Berawal dari Tradisi Pernikahan

Regional
Sosok Lugu Itu Jadi Pelaku Pembunuhan Sadis Penagih Utang di Sumbar...

Sosok Lugu Itu Jadi Pelaku Pembunuhan Sadis Penagih Utang di Sumbar...

Regional
4 Pelaku Pengeroyokan Pelajar di Palopo Dibekuk, 3 Masih di Bawah Umur

4 Pelaku Pengeroyokan Pelajar di Palopo Dibekuk, 3 Masih di Bawah Umur

Regional
Buronan Perusak Cagar Alam Faruhumpenai di Luwu Timur, Ditangkap

Buronan Perusak Cagar Alam Faruhumpenai di Luwu Timur, Ditangkap

Regional
Polisi Sebut Istri Bos Distro “Anti Mahal” Tak Terlibat Pembunuhan

Polisi Sebut Istri Bos Distro “Anti Mahal” Tak Terlibat Pembunuhan

Regional
Warga Tewas Tertembak Anggota DPRD Saat Tradisi Lepas Tembakan di Pernikahan

Warga Tewas Tertembak Anggota DPRD Saat Tradisi Lepas Tembakan di Pernikahan

Regional
Sosok Suami Istri di Sumbar yang Bunuh Penagih Utang, Tinggal di Rumah Beratap Terpal Berdinding Papan

Sosok Suami Istri di Sumbar yang Bunuh Penagih Utang, Tinggal di Rumah Beratap Terpal Berdinding Papan

Regional
Mobil Dinas Gibran Ditinggal Lagi, Kini di Festival Kuliner Non-halal Solo

Mobil Dinas Gibran Ditinggal Lagi, Kini di Festival Kuliner Non-halal Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com