KOMPAS.com - Baru-baru ini ramai dugaan mengenai oknum dosen di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat, menjadi joki mahasiswa S2.
Kasus dugaan pemalsuan nilai mahasiswa ini terungkap setelah adnaya mahasiswa S2 yang tidak pernah masuk kuliah, tetapi tetap mendapat nilai.
Dosen Fisip Untan Pontianak, Jumadi, mengaku menjadi salah satu korban pemalsuan nilai.
"Saya yang menjadi salah satu staf pengajar yang nilainya dipalsukan merasa keberatan. Saya protes,” ungkap Jumadi, saat dihubungi, Rabu (17/4/2024).
Jumadi mengatakan, kasus ini terungkap ketika Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik, Nurfitri Nugrahaningsih, mencurigai ada seorang mahasiswa yang tidak pernah kuliah tapi nilainya ada di Sistem Informasi Akademik (Siakad).
Jumadi menyebut peristiwa ini merupakan penghancuran integritas akademik. Sebab, menurut Jumadi, masalah ini sangat serius karena menyangkut marwah perguruan tinggi.
Baca juga: Awal Mula Kasus Dugaan Pemalsuan Nilai Mahasiswa S2 di Untan Pontianak
“Karena ini mencoreng reputasi universitas, reputasi dunia pendidikan. Oleh karena itu, siapa yang terlibat mesti ditindak tegas,” harap Jumadi.
Rektor Untan, Garuda Wiko, mengatakan, dugaan joki oknum dosen Untan tersebut menjadi perhatian serius bersama.
"Kita tentunya prihatin dengan adanya pemalsuan nilai atau joki ini. Dan ini telah menjadi perhatian dan akan kami tangani dengan serius," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (18/4/2024).
Menurut Garuda, saat ini tim investigasi tingkat fakultas telah dibentuk untuk melakukan verifikasi dan klarifikasi pihak-pihak terkait.
Baca juga: Tanggapan Rektor Untan Pontianak soal Dugaan Dosennya yang Jadi Joki Mahasiswa S2
“Sekarang tim investigasi yang dibentuk Dekan Fisip sedang melakukan investigasi, nanti hasilnya akan dilaporkan kepada saya,” katanya lagi.
Garuda menerangkan, apabila nanti diperlukan investigasi lanjutan, pihak rektorat bisa kembali membentuk tim investigasi.
Jika terjadi pelanggaran, tentunya akan diambil langkah sesuai aturan yang telah berlaku.
“Jadi kita perlu klarifikasi dan kroscek keterangan lebih dulu, dan tentunya kita perlu waktu untuk melakukan investigasi ini. Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan kejelasan seperti apa fakta yang terjadi,” paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.