KOMPAS.com - SR, warga Karangmojo, Gunungkidul menjadi korban penipuan dengan modus membeli jenglot sebesar Rp 17 juta untuk menarik uang gaib.
Pelaku adalah HH (49), warga Sidorejo, Pagar Alam Selatan, Sumatera Selatan yang tinggal di Kapanewon Kretek, Bantu.
Kasus tersebut berawal saat HH menawarkan jenglot kepada SR saat bertemu di Kompleks Topeng Mas, Parangtritis pada Minggu (16/7/2023).
"Pada saat menawari barang tersebut kepada korban, pelaku mengatakan atau memberikan iming-iming bahwa “jenglot” tersebut bisa digunakan untuk menarik uang gaib, akan memberikan kekayaan," kata Kapolsek Kretek, AKP Haryanto, Senin (21/8/2023).
Baca juga: Warga Gunungkidul Rugi Rp 17 Juta Usai Beli Jenglot yang Bisa Tarik Uang Gaib
SR yang tertarik kemudian membeli barang gaib berbentuk jenglot ke HH seharga Rp 17 juta.
Pembelian dilakukan secara mencicil sebanyak tiga kali. Pertama kali korban menyerahkan uang Rp 7 juta ke pelaku secara tunai pada 16 Juli 2023.
Korban kembali memberikan uang tunai Rp 3 juta pada 26 Juli 2023. Terakhir, korban mengirim uang Rp 7 juta secara transfer pada 29 Juli 2023.
Transaksi dilakukan di Padukuhan Depok, Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Bantul.
Pelaku kemudian meyakinkan korban jika jenglot tersebut bisa hidup bila dimandikan setiap malam jumat.
Ritual memandikan jenglot harus menggunakan kembang tujuh rupa dengan air zam-zam serta dupa kembang melati.
Baca juga: Pengakuan Penjual Jenglot di Gunungkidul, Awalnya Nemu di Parangtritis, lalu Dijual Rp 17 Juta
Korban pun melakukan ritual sebanyak tiga kali. Namun jenglot itu tak kunjung hidup. Selain itu ia juga tak mendapatkan uang gaib seperti yang dijanjikan pelaku.
Merasa ditipu, korban membuat laporan ke Polsek Kretek pada Selasa (15/8/2023).
Dari tangan pelaku, polisi mengamankan barang bukti kotak kayu dengan tutup warna coklat yang berisi boneka jenglot. Selain itu polisi juga mengamankan barang bukti transfer.
Kapolsek menyebut jenglot yang ditawarkan HH ke SR ternyata palsu, karena mudah rusak.
"Ini dari mika (tubuh jenglot) dan kelingkingnya juga sudah patah. Kalau rambutnya asli (rambut manusia) dan kotaknya itu dibuat pelaku sendiri karena ngaku nemu jenglot itu di pinggir Pantai Parangtritis, jadi bisa dibilang ini replika jenglot ya," kata Haryanto.