SUMBAWA, KOMPAS.com - Memasuki musim kemarau, warga di Desa Pulau Kaung, Kecamatan Buer, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kesulitan mendapatkan air bersih. Setiap hari, warga harus membeli air tandon ukuran 500 liter dengan harga Rp 30.000.
Hal itu disampaikan Kepala Desa Pulau Kaung, Abdul Rasyid, saat ditemui di Desa Pulau Kaung pada Rabu (14/6/2023).
"Setiap hari ada penjual air bersih dari desa lain, dan warga akan membeli sesuai kemampuannya," kata Rasyid.
Baca juga: 21 Desa di Sumbawa NTB Terancam Krisis Air Bersih karena Kemarau
Desa ini memiliki penduduk 2.300 jiwa dan mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Kondisi ini juga menyulitkan warga yang ingin membuat es batu untuk pengawetan ikan karena harga air bersih yang cukup mahal.
Ia mengakui ada aliran air masuk dari PDAM, tetapi baru bisa dinikmati oleh 15 persen warga. Aliran air dari PDAM itu pun lebih sering macet saat musim kemarau.
Baca juga: 3 Desa Krisis Air Bersih di Mojokerto, Pemkab Siapkan 443 Tangki untuk Suplai Air
"Karena untuk pasang pipa baru cukup mahal. Itulah kenapa warga kami yang ekonomi ke bawah tidak bisa pasang pipa air PDAM," paparnya.
Selain itu, sekarang ini debit air PDAM semakin kecil serta ada jam tertentu air itu menyala.
"Giliran dengan desa lain juga ada air dari PDAM, apalagi memasuki musim kemarau ini pasti makin jarang ada air," sebut Rasyid.
Ia menjelaskan, sumber air tawar di lokasi itu minim karena air asin dan payau.
"Kami wilayah pesisir tentu sulit air bersih, biasanya warga ke sumur keluarganya yang ada di desa lain tapi biaya kendaraan mengangkut juga mahal," jelasnya.
Kondisi ini mengganggu kehidupan warga termasuk merusak fasilitas air dan sanitasi yang ada karena bercampur dengan air laut dan tidak bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang bisa dikonsumsi sebagai air minum dan masak.