PURWOREJO, KOMPAS.com - Adanya Bus Trans Jateng banyak mempermudah warga saat bepergian dengan harga yang murah.
Meski demikian, keberadaan Bus Trans Jateng ternyata berdampak pada sopir-sopir angkutan kota (Angkot) di Purworejo.
Dengan harga yang relatif lebih murah, yakni Rp 4.000 dari Kutoarjo hingga Magelang, banyak warga yang beralih transportasi. Warga lebih memilih Bus Trans Jateng dibanding naik angkot.
Hal ini mengakibatkan pendapatan para sopir angkot diklaim turun hingga 50 persen.
Ada puluhan sopir angkot yang saat ini harus berjuang ekstra untuk mendapatkan penumpang.
Salah satu sopir angkot yang penghasilannya menurun adalah Slamet (64), warga Desa Banyuasin, Kembaran Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.
Slamet yang usianya tak muda lagi ini harus berangkat lebih pagi dari biasanya untuk mendapatkan penumpang.
"Wah (berkurangnya) ya banyak mas, pendapatanya jadi berkurang, sekarang sulit," kata bapak dengan 6 anak ini, saat ditemui di lokasi mangkalnya di Perempatan Pasar Kembang, Purworejo, pada Selasa (16/5/2023).
Slamet mengatakan, selain harus berangkat sejak pagi pukul 05.30 WIB, ia juga harus pintar-pintar membelanjakan uangnya.
Sebab, penghasilan yang berkurang 50 persen itu sangat berdampak pada kehidupan ekonominya.
Semenjak adanya Bus Trans Jateng, Slamet mengeklaim sehari hanya bisa membawa uang Rp 150.000 -200.000 dan belum dipotong setoran kepada pemilik angkot.
Sebelumnya ada Bus Trans Jateng, kata Slamet, dia bisa membawa pulang uang hingga Rp 300.000.