Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Pekan Tak Hujan, Ratusan Hektar Tanaman Jagung Petani di Bima Terancam Puso

Kompas.com - 11/01/2023, 14:20 WIB
Junaidin,
Krisiandi

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Ratusan hektar tanaman jagung petani di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terancam puso atau gagal panen akibat hujan tidak turun selama dua pekan terakhir.

Kondisi ini membuat sejumlah petani resah, sebab mereka tidak bisa melakukan pemupukan sehingga mengakibatkan tanaman jagung layu.

Salah seorang petani di Kecamatan Madapangga, M Tahir mengaku, dua pekan terakhir hujan tidak pernah turun di wilayahnya.

Akibatnya, puluhan hektar tanaman jagung yang usia tanamnya baru sebulan mulai layu dan mengering.

Baca juga: Underpas Kentungan Sleman Sering Tergenang meski Tak Hujan, Satker PPK DIY: Ada Mata Airnya

"Sudah dua pekan ini tidak ada hujan, jagung layu karena kekurangan air," ungkapnya saat dikonfirmasi, Rabu (11/1/2023).

Dengan kondisi krisis air dimasa pertumbuhan tanaman jagung saat ini, petani tidak berani melakukan pemupukan karena khawatir jagungnya akan mati.

M Tahir bersama puluhan petani menggelar shalat minta hujan atau istisqa.

Kegiatan serupa juga dilakukan petani lain di Kecamatan Soromandi dan Wawo, Kabupaten Bima.

"Biasanya tujuh hari, tapi sekarang tumben sampai 10 hari tidak turun hujan di Wawo," kata Sekretaris Desa Kombo, Kecamatan Wawo, Jeni Rahmat saat dihubungi, Rabu.

Rahmat mengungkapkan, kegiatan shalat istisqa yang dikuiti tokoh agama, masyarakat, pemuda dan anak-anak digelar petani di area persawahan di Desa Kombo.

Harapannya, lahan pertanian warga bisa segera diguyur hujan agar tidak layu dan mati.

"Kalau tidak turun hingga beberapa hari kedepan bisa dipastikan tanaman petani ini akan rusak bahkan mati," jelasnya.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bima, Topan Primadi mengemukakan, saat ini wilayah Kabupaten Bima dan sekitarnya masih berada pada musim hujan.

Hanya saja, beberapa pekan terakhir intensitasnya berkurang akibat pergerakan angin bertiup dari selatan barat daya kearah utara.

Selain itu, kondisi awan konvektif di Pulau Sumbawa sangat berkurang, sehingga potensi hujan sangat kecil.

Baca juga: Banjir di Cirebon Membuat Ribuan Hektar Sawah Terancam Puso

"Kalau kita lihat lapisan angin 3.000 vit itu kondisi angin di atas cukup kencang, sehingga awan hujan diatas Pulau Sumbawa semua bergerak kearah utara. Itu yang menyebabkan peluang hujan menjadi lebih sedikit," kata Topan Primadi.

BMKG Bima memprediksi kondisi ini akan berlangsung hingga pertengahan Januari 2023. Setelah itu, curah hujan akan kembali normal, namun harapannya tidak sampai berdampak pada terjadinya bencana alam.

"Mudah-mudahan kondisi ini bisa kembali normal ada hujan, namun tidak menimbulkan dampak bencana," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pupuik Tanduak, Alat Musik Tradisional Khas Minang dari Tanduk Kerbau

Pupuik Tanduak, Alat Musik Tradisional Khas Minang dari Tanduk Kerbau

Regional
3 Pekan Buron, Tersangka Pembunuhan Eks Dirut RSUD Padang Sidimpuan Ditangkap di Padang Lawas

3 Pekan Buron, Tersangka Pembunuhan Eks Dirut RSUD Padang Sidimpuan Ditangkap di Padang Lawas

Regional
Tuntut Kenaikan UMK 15 Persen, Pekerja Demo di DPRD Kabupaten Semarang

Tuntut Kenaikan UMK 15 Persen, Pekerja Demo di DPRD Kabupaten Semarang

Regional
Duka Keluarga di Grobogan Saat Jenazah Korban Penembakan KKB Tiba

Duka Keluarga di Grobogan Saat Jenazah Korban Penembakan KKB Tiba

Regional
Saling Tantang, 2 Kelompok Remaja Tawuran di Kebumen, 3 Orang Dilarikan ke RS

Saling Tantang, 2 Kelompok Remaja Tawuran di Kebumen, 3 Orang Dilarikan ke RS

Regional
Alat Kelamin Bocah 8 Tahun di Sumsel Terpotong Saat Khitanan Massal

Alat Kelamin Bocah 8 Tahun di Sumsel Terpotong Saat Khitanan Massal

Regional
Viral, Video Hujan Es Landa Wilayah NTT

Viral, Video Hujan Es Landa Wilayah NTT

Regional
Pengantin Baru dan Orangtua Tewas Kecelakaan Avanza Masuk Jurang di Sumedang

Pengantin Baru dan Orangtua Tewas Kecelakaan Avanza Masuk Jurang di Sumedang

Regional
Pria di Wonogiri Perkosa Dua Anak Tirinya, Salah Satu Korban Melahirkan Bayinya

Pria di Wonogiri Perkosa Dua Anak Tirinya, Salah Satu Korban Melahirkan Bayinya

Regional
Jual Aset Desa untuk Beli Mobil Mewah, Mantan Kades di Lebak Banten Dituntut 3 Tahun

Jual Aset Desa untuk Beli Mobil Mewah, Mantan Kades di Lebak Banten Dituntut 3 Tahun

Regional
Video Viral Pelajar SMP Curi Laptop di Mobil Tak Terkunci di Jambi

Video Viral Pelajar SMP Curi Laptop di Mobil Tak Terkunci di Jambi

Regional
Gali Septic Tank, Warga di Boyolali Temukan Pancuran Air Kuno

Gali Septic Tank, Warga di Boyolali Temukan Pancuran Air Kuno

Regional
Seorang Wanita di Babel Jadi Korban KDRT sampai Hilang Penglihatan, Pelaku Buron

Seorang Wanita di Babel Jadi Korban KDRT sampai Hilang Penglihatan, Pelaku Buron

Regional
Bupati Serang Usulkan UMK 2024 Naik 7,08 Persen Jadi Rp 4,8 Juta

Bupati Serang Usulkan UMK 2024 Naik 7,08 Persen Jadi Rp 4,8 Juta

Regional
Cara Kampanye Tim Sukses Capres Prabowo-Gibran di NTT, Bagikan Makanan Bergizi untuk Anak Stunting

Cara Kampanye Tim Sukses Capres Prabowo-Gibran di NTT, Bagikan Makanan Bergizi untuk Anak Stunting

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com